Translate This Article

Kamis, 03 September 2015

Mengejar Sunset di Akkarena

Hari kedua: Sabtu, 11 April 2015
Hari itu adalah hari dimana sebagian besar rombongan kami maju presentasi di Unhas. Macam dieksekusi di depan penguji tesis. Bedanya yang ini dilihat oleh presentan dari kampus sendiri dan kampus lain serta praktisi2 ahli dari berbagai negara. Semoga besok pas ujian tesis ga sengeri ini deh, aamin... Tapi ternyata yang dibayangkan tidak sengeri yang dialami. Rasanya degdegan saat mau maju, tapi alhamdulillah berjalan mulus dan lega saat selesai, seperti ada beban berat lalu diangkat tak bersisa dan kami bersyukur bisa tertawa lebar seusai present :D
Hari itu adalah hari terakhir presentasi dan besoknya adalah acara tur yang diadakan oleh pihak Unhas untuk para peserta konferensi. Kami tidak ikut karena kami sudah merencanakan itineraries sendiri, termasuk selepas acara ini. Kami akan menuju Pantai Akkarena untuk sekedar refreshing setelah berjibaku dengan konferensi yang membuat tegang sekaligus melihat sunset karena hari sudah sore.
Meluncurlah kami semua dengan pete2 yang sopirnya sudah menduga kami butuh tumpangan, ha3... Sebelum ke Akkarena, kami mampir ke pusat oleh2 di Jl. Sombaopu. Di sepanjang jalan ini banyak toko2 sovenir dan makanan khas Sulsel juga toko2 emas. Beberapa sovenir seperti gantungan kunci  hingga sarung dan baju adat Makassar tak lupa juga kudapan khas Makassar masuk ke keranjang belanjaan kami.
Makassar souvenir
73. Oleh-oleh Khas Makassar
Makassar's souvenirs


Belanja oleh2 selesai saatnya melanjutkan perjalanan ke Pantai Akkarena. Tapi sebelumnya kami transit dulu di depan Fort Rotterdam untuk bertemu teman2 yang tidak presentasi hari itu. Setelah lengkap dan mencicipi pisang epe disitu, kami naik pete2 lagi menuju Akkarena. Selama perjalanan kami banyak menemui suporter sepakbola yang bisa dibilang anarkis karena selain memenuhi jalan raya dengan konvoi juga berusaha menghalangi dan menghentikan mobil-mobil pribadi yang lewat dengan mengumpat dan memukul/mengetuk kaca mobil dengan kasar. Jalanan menjadi tak teratur sehingga membuat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Akkarena makin banyak. Perjalanan yang tak semulus harapan akhirnya mengantarkan kami sampai di Pantai Akkarena. Rintik gerimis masih menemani kami memburu sunset namun agaknya kami terlambat karena sang surya sudah mulai tenggelam di ufuk barat. Alhasil kami hanya menyaksikan sunset yang tinggal semburatnya saja. Hal itu tak terlalu menjadi masalah buat kami karena kami sudah bisa mencapai tempat ini dengan selamat. Sekedar info, Pantai Akkarena ini ada di Jl. Metro Tanjung Bunga. Pantai berpasir gelap yang dikelola pihak swasta ini sudah punya banyak fasilitas pendukung macam penginapan, rumah makan dan lainnya. Wisatawan biasanya sering datang di waktu senja untuk berburu sunset. View sunset yang ciamik sering diabadikan pengunjung dari atas dermaga panjang pantai ini. Meskipun waktu kami ke sana pantai dalam keadaan lengang (mungkin karena gerimis) dan menjelang malam, namun jangan takut karena pantai ini punya jam buka dari pukul 06.00-22.00 WITA.  



74. Pantai Akkarena
Akkarena Beach
 Source: 1. https://soloraya.files.wordpress.com/2014/09/p9073177.jpg
2. http://www.andyhardiyanti.com/wp-content/uploads/2011/10/Image2340-300x225.jpg

Puas menikmati ciptaan Tuhan yang satu ini sambil foto2 (tetep yaa...) kami memutuskan untuk menuju Pantai Losari. Konon banyak orang yang menikmati suasana malam di bibir pantai Losari apalagi di malam minggu. Dan benar saja, sampai di Losari banyak sekali orang2 yang ada di sana. Kami pun tak melewatkan kesempatan berfoto bersama di depan ikon tulisan Pantai Losari setelah dua hari ini berjibaku dengan presentasi masing-masing. Lega banget dah rasanya, Alhamdulillah...

Hari makin malam saatnya kembali ke hotel untuk packing and prepare for the next trip. Sebelum sampai hotel kami mengisi perut dengan makanan khas orang Makassar, konro.

English:
2nd day: Saturday, April 11, 2015
This day was a day when almost of our friends presented our research at Unhas. It seemed like thesis exam. The differences between them are this presentation was saw by participant from own and another university also practicioners from another country. I hope when I faced thesis exam, the atmosphere didn't horrible like this, Aamiin... But that's not definitely true. I felt on edge when would held the presentation, but alhamdulillah everything was good and I felt free after that, like a heavy burden then lifted with no trace and we be gratefulled could made a big grin after presentation finished :D

That day was last day for presentation and tomorrow was a tour event which held by Unhas for the participants. We don't attended it because we have planned our own itineraries, include after the last presentation. We would go to Akkarena Beach for refreshing after fought with the conference and to saw the sunset.


We used pete2 to reach Akkarena. Before go to there, we dropped in souvenir center at Sombaopu St. Many souvenir and traditional food stall also gold store along this street. Some souvenirrs like key holder until sarong and traditional dress also traditional snacks from Makassar entered in our carts.

We continued our trip to Akkarena Beach after bought souvenirs. We transit at Fort Rotterdam first to met our friends who didn't had presentation at that day. After complete and eaten pisang epe, we went to Akkarena. We met many anarchy football supporters along the trip who tried to deter and stopped the moving cars with cursed and hit/knocked the windshield roughly. The road was became untidy so we need more time to reached Akkarena. The unexpected trip finally brought us to Akkarena Beach. The drizzle still accompanied us while we hunt the sunset but probably we were too late because the sun was set. We just only saw the tinge. That's no problem for us because we could arrived there safely. Just an info, Akkarena Beach is located in Metro Tanjung Bunga St. This dark-sand beach whom is managed by private company has many facilities like cottages, restaurants, etc. The tourists usually come in the twilight to see the sunset. The beautiful view of sunset often taken by the people on the long dock of this beach. Although the beach was so lonely (maybe because of the drizzle) and entered the night, but don't worry because this beach opens at 06.00 AM-10.00 PM WITA.

We decided went to Losari Beach after satisfied enjoying the Allah's creation. People say that many people who enjoying the night atmosphere at the shoreline especially on saturday night. And that's true, so many people at Losari Beach. We used our moments there to took pictures in front of icon "Pantai Losari" word after fight with each presentation. Felt excited, Alhamdulillah... 
 
More nights, it's the time to back hotel for packing and prepare for the next trip. Before arrived at hotel we had dinner with Makassar's food, konro.

Kamis, 14 Mei 2015

Traveling to Makassar, April 2015

Mulai membuka laman blog yang udah bedebu karena lama ga disambangi. Banyak kisah traveling sama kulineran yang pengen di share banyak2 di sini, tapi apa daya waktu yang ga bisa banyak2 di share (ngomong kok dibolak-baik. Duh, aku mah gitu orangnya, ha3...). 
Seperti yang udah aku bilang tadi, banyak kisah traveling sama kulineran yang pengen di share. Salah satunya adalah traveling ke Makassar awal bulan April ini, tepatnya tanggal 9-13 April lalu. Ga nyangka sebenernya aku sama temen2 bisa nyampe kotanya Sultan Hassanudin itu. Bermula karena di kuliah kami ada matkul wajib yang ngeharusin mahasiswa/i nya buat maju oral/poster di konferensi internasional/nasional untuk syarat tesis. Makanya, kami (aku, teman sepeminatan dan beda peminatan) sibuk nyari2 info conference yang di dalam maupun luar negeri. Pas itu, conference yang feasible ada di Makassar (masih di negeri sendiri meski jauh dari ibukota), langsung aja aku sama mostly temen2 sekelas pergi ke sana. Bermula dari tugas kuliah berujung pada traveling dan kulineran, ahay! Mumpung ada event di tempat yang baru pertama kali kami datangi (kecuali satu temenku yang orang Makassar (Bantaeng) asli) pastilah kami pakai buat jalan2 sama icip2. Aji mumpung pokoknya, he3...

Perjalanan dimulai dari tanggal 9 April dari Depok ke Soetta lanjut ke Sultan Hassanudin International Airport Makassar. Aku berangkat sama 1 orang temenku karena temen2 yang lain udah pada berangkat duluan. 2 jam di udara terasa lama buat kami. Setelah sampai di bandara, aku sama temenku sholat maghrib dan bergegas berburu tulisan "Makassar" di tiap sudut bandara buat kami foto. Dan, apa yang kami dapet??? ga ada satu pun tulisan Makassar yang gede yang kami temuin di bandara kecuali tulsan kecil di wallpaper bergambar obyek2 wisata di Sulsel. Mau ga mau fotolah kita gantian di depan tulisan itu meski kurang puas juga sih sebenernya... Tapi kita udah berazzam buat nyari tulisan "Makassar" keesokan harinya buat foto2, hahaha... (tetep ya...)

Sultan Hasanuddin International Airport
68. Sultan Hasanuddin Int. Airport
(Sultan Hasanuddin Int. Airport)
Abis nunggu kedatangan 2 orang temen yang tiba 1 jam setelah kami di bandara, kami pun bergegas menuju hotel tempat kami semua menginap, Hotel Arbor Biz yang letaknya ga jauh dari bandara. Aku sekamar sama temenku, sebut saja N. O iya, kami cewek semua loh bersebelas ke Makassar. Karena peminatan kuliahku emang mayoritas cewek dan cowoknya cuma 1 trus dia ga ikutan. Kami ga mengalami kesulitan yang berarti selama disana karena ada "guide" orang asli sana yaitu temen kami juga, sebut saja Mb. A. 

Hari pertama: 10 April 2015
Abis sarapan pagi jam 8, kami naik mobil hotel dianter ke Unhas. sekitar 30 menit perjalanan kami lalui. Alhamdulillah ga pake macet. Sekilas tentang Unhas, ni kampus modelnya hampir mirip kayak UI ma UNS, banyak lahan yang ditanami pohon2 rindang dengan jalan yang naik turun dan belok2. Bedanya di sini pete2 (sebutan angkot di Makassar) bisa keluar-masuk karena ga ada bis kampus.

Karena aku sama sebagian besar temen dari sini maju hari sabtu, kami pengen liat present temen2 sama participant lain yang maju jumat ini. Si N mau maju hari itu so dia sibuk prepare presentnya. Pas dia lagi mau buka netbuk yang dia pinjem dari temenku si C, ternyata si netbuk ga mau nyala. Padahal data yang mau di presentasiin si C ada di situ semua. Alhasil si C bingung dan mau ga mau dia kudu benerin netbuk biar bisa present besok sabtu. Akhirnya aku nemenin si C nyari servisan netbuk di Makassar dianter sama supir hotel. Setelah tanya2 sama panitia & mahasiswa Unhas, akhirnya meluncurlah kami ke Makassar Trade Center (MTC), mallnya gadget Makassar. Aku sama C bergegas masuk ke salah satu tempat servis netbuk disitu dan tau ga gimana? Tu netbuk mau nyala pas dipegang sama tukang servisnya. Etdah... Si C seneng campur heran. Akhirnya kami balik ke mobil dan minta si supir nganterin kami ke Pantai Losari dan sekitarnya.

Sampai juga kami di Pantai Losari. Ikon kota Makassar ini letaknya di Jl. Penghibur sekitar 45 menit kalau dari bandara. Seberang pantai udah banyak fasilitas penyokong pariwisata macam hotel, tempat makan mulai harga kaki lima sampai bintang lima dan pusat2 perbelanjaan. Nah, pas liat pantainya, aku kira ini pantai buatan tapi ternyata pantai beneran soalnya cuma kayak bendungan gitu dan ga ada ombaknya, he3... maap2, biasa liat ombak pantai selatan yang ganas dan sering nelen korban soalnya. Akhirnya kami nemuin tulisan "Makassar" dan tulisan nama2 suku2 di Sulsel disitu. So pasti foto2 jadi hal wajib yang dilakuin di situ.  

Losari Beach
 69. Pantai Losari
(Losari Beach)

Losari Beach
70. Tulisan "Makassar" di Bibir Pantai Losari
(Word "Makassar" in front of Losari Beach)

Makin sore makin rame soalnya banyak pelancong yang ngejar sunset di sini. Selain pantai, ada juga masjid apung Amirul Mukminin yang atraktif. Aku sama C sholat disitu sebelum lanjut walked along on Losari Beach. Aku juga liat banyak penjual makanan khas Makassar disitu. Mostly seen were pisang epe.  


Amirul Mukminin Mosque
71. Masjid Amirul Mukminin
(Amirul Mukminin Mosque)
Source: http://images.detik.com/content/2013/05/08/1383/184707_img_2684.jpg

Puas foto2 kami lanjut ke Fort Rotterdam. Benteng ini masih satu jalur sama Pantai Losari. Dari Losari ke Rotterdam atau sebaliknya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Laut keliatan jelas dari seberang benteng ini. Kami ga masuk ke benteng dan cuma foto2 di depan tulisan "Fort Rotterdam" aja. Sedikit tentang Fort Rotterdam, benteng ini dibangun pada tahun 1545 sama Raja Gowa kallonna-9 bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi '. Benteng dengan nama awal Benteng Ujung Pandang ini awalnya dari tanah liat, tapi pas pemerintahan Raja Gowa-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng berubah jadi batu dari pegunungan karst di Maros. Benteng ini bentuknya kayak kura-kura yang mau merangkak turun ke laut. Bentuknya sangat jelas ngegambarin filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat dan di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang menang di darat dan di laut. Ketika Belanda menguasai wilayah kerajaan Gowa-Tallo, akhirnya kerajaan menandatangani perjanjian Bungayya dengan salah satu perjanjiannya berisi Benteng Ujung Pandang harus diserahkan ke Belanda. Ketika Belanda menduduki benteng ini, nama benteng diubah jadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja milih nama Fort Rotterdam untuk mengenang tanah airnya di Belanda. Benteng ini dipake Belanda buat pusat penyimpanan rempah-rempah di Indonesia Timur. Abis Perang Jawa (1825-1830), pangeran Jawa yang sekarang jadi pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro diasingkan dan dipenjara di benteng ini tahun 1830 sampai wafatnya tahun 1855. Benteng ini juga pernah dipake buat tempat tawanan Jepang semasa Perang  Dunia II. O iya, Laut keliatan jelas kalau seseorang duduk di atas atap benteng ini.

 Fort Rotterdam
72.1. Bagian depan Fort Rotterdam
(1. Forepart of Fort Rotterdam)
     Source: my friends pic :D
2. Bagian dalam Fort Rotterdam  
(2. Fort Rotterdam on the inside)
    Source: http://assets.kompas.com/data/photo/2011/04/07/1928508620X310.jpg

Kami berdua nunggu teman2 yang masi di Unhas di depan Rotterdam. Setelah ketemu, kami nyobain makan makanan tradisional dari Makassar dan sekitarnya. Apa aja yang kami cobain di sana, aku posting di tulisan selanjutnya. 

(English)
Hello world, what's goin' on?! I start to open this blog again. So many travel and culinary stories which i want to share here, but i think i didn't have much time weeks ago. When I could out for a moment from the routine, I'll start to write again.

As I've said before, many stories bout traveling and culinary which I want to share. One of them were traveling to Makassar on early April, (April 9 to 13). Me and my friends actually didn't have thought went to The Sultan Hassanudin City. It started because of the coursework that requires the college students must attend oral or poster presentation in international/national conference so we can grab the requirement for thesis. And this is a new requirement in my contemporaries. As a result we (me, my dept and other dept friends) were busy searched the conference information which held both inside/outside the country. At that time, the feasible conference would be held in Makassar, so most of my classmates and some of other dept friends went there immediately. Everything was started from coursework and ended with traveling and culinary. While there was a new event in the first place where we went (except one my friend who came from Makassar (Bantaeng)), so we made an agenda for traveling and culinary, he3...

The journey was started at April 9 from Depok-Soetta and ended at Sultan Hassanudin International Airport Makassar. I went with C, one of my classmate because some friends had went first. 2 hours in the air seemed too long for me. After landing, we prayed magrib and "hunted" word "Makassar" in every place of the airport for photo but no one "Makassar" which we saw except a tiny in wallpaper about destinations in South Sulawesi. Whether we want it or not, we decided to took photos in front of it although we were less satisfied. But we had a great intention to searched "Makassar" next day for photos, hahaha... We stayed in Arbor Biz Hotel near the airport. My roomate was N who had arrived first. FYI, we were 11 girls from one dept who stayed there. 11 travel girls who ready to presentated in conference and explored Makassar :)

Day 1: April 10, 2015
We drove from the hotel to Unhas after breakfast. Finally we arrived at Unhas about 30 minutes on our way through without jammed, Alhamdulillah. Overview bout Unhas, this campus model is almost similar like UI and UNS, many land planted with shady trees, the road were up and down and serpentine. The difference among the campus were pete2 (public transportation in Makassar, in Jakarta we called it angkot) could entered campus because there is no campus bus

Most of my friends presented in Saturday. We who presented in Saturday want to saw other participant who scheduled on Friday. N also would presented today so she busy to prepared her task. She borrowed C's netbook to opened her presenation file. When she opened C's netbook, it was turned out and couldn't on. They were confused and C must serviced her netbook soon in order she could studied and presented in Saturday. Finaly, I accompany C to searched the netbook service center in Makassar ushered by hotel driver. We went to MTC, gadget mall in Makassar. We entered one of the service center there and you now what??? The netbook was on when the technician turn the power on automatically! OMG... C happy but mingled wonder with that case. We back to the car and asked the driver to accompanied us to Losari Beach and surroundings.

We arrived at Losari Beach. This Makassar icon was located on Penghibur St about 45 minutes from the airport. Acrross the beach were so many facilities for traveler like hotels, restaurants and food stalls, and shopping centers. When I saw the beach, I supposed that was a artificial beach or reclamation because of the line just like a dam and no waves but it turns out a real beach, he3... Sorry, I usually see beach in Indian Ocean (or Pantai Selatan) which has ferocious waves and often casualties. We found "Makassar" and another words about tribes name in South Sulawesi there so of course we took photos in front of them.

Besides beach, there was an attractive Amirul Mukminin floating mosque. Me and C pray there before walked along on Losari Beach. I also saw many street food vendors who sold typical food Makassar. Mostly seen were pisang epe.

The visitors in this beach increased on late afternoon. They usually want to enjoyed the sunset there. After satisfied took photos there, we moved to Fort Rotterdam. The fort was built in 1545 by the King of Gowa-9 named I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumpa'risi 'kallonna. The castle was originally made from clay, but in the reign of King of Gowa-14 Sultan Alauddin construction of this fort changed into rocks were sourced from the Karst Mountains in the Maros region. Ujung Pandang fortress is shaped like a turtle that was about to crawl down into the ocean. The shape is very clear in terms of the philosophy of the Kingdom of Gowa, that turtles can live on land and at sea. So even with the Kingdom of Gowa who were victorious on land and at sea. Gowa-Tallo Bungayya finally signed an agreement that one of the articles require Gowa to submit this to the Dutch fort. When the Dutch occupied this fort, Fort Ujung Pandang name was changed to Fort Rotterdam. Cornelis Speelman deliberately chose the name Fort Rotterdam in memory of his homeland in the Netherlands. This fort was later used by the Dutch as the central storage of spices in eastern Indonesia. Following the Java War (1825–1830), Javanese prince, and now national hero, Diponegoro was imprisoned in the fort following his exile to Makassar in 1830 until his death in 1855. It was also used as a Japanese prisoner of war camp in World War II. This fort was very near from Losari Beach. People can go there from Losari Beach or otherwise by foot. The sea appeared if someone sit on the roof of this fort. We don't entered the fort and just took pictures in front of the "Fort Rotterdam" word. 

We both waited our friends who still in Unhas in front of Rotterdam. After we met, we tried to ate traditional food from Makassar and surroundings. What kinds of foods we are eat there will be written in the next post.

Kamis, 19 Februari 2015

Sebelum Melancong ke negeri Gajah Putih


 Bagi yang mau liburan/merencanakan liburan di Thailand, aku ada sedikit info nih, smoga bisa membantu :)
  • Bahasa dan aksara: 
Bahasa dan aksara resmi negara ini adalah bahasa Thai, tapi bahasa Inggris umum dipake dalam dunia pariwisata disini.
  • Mata uang: 
Thailand Baht (THB). 1 THB= +/-Rp. 350 atau tergantung kurs. Nuker mata uang bisa dilakuin di Bank Sentral/bank2 yang ada tulisan "currency converter". Sepengetahuanku, bank2 di Bangkok yang aku liat bisa buat nuker mata uang. Atau kalau ga pas di airport banyak banget currency converter tapi biasanya harganya lebih mahal daripada nuker di bank.
  • Zona waktu: 
Sama dengan di Indonesia bagian barat/WIB
  • Visa: 
Semua negara ASEAN bebas visa buat WNI. Batas waktu biasanya max. 30 hari. Ada juga yang hanya 15 hari jika masuk via darat.
  • Transport:
# Indonesia-Thailand 
  1. Dari Jakarta bisa naik GIA, Thai Airways, Air Asia, Tiger Air, Singapore Airlines, dan Lion Air. Tiket PP normal sekitar 3 jutaan dengan durasi terbang 2 jaman lebih.
  2. Selain Jakarta bisa juga dari Denpasar pake Thai Airways/Air Asia. Durasi terbang 3 jam-an lebih lah dengan harga tiket PP >3 juta. 
Bangkok punya 2 int. airport: Don Mueang dan Suvarnabhumi. Don Mueang dikhususin buat budget airlines macam Air Asia, Lion Air dkk sama maskapai domestik Thailand, Nok Air. Kalau Suvarnabhumi khusus untuk jalur internasional dan non budget airlines. 2 airport ini dihubungkan sama shuttle bus yang berangkat tiap 30 menit dengan waktu tempuh +/- 45 menit dan gratis buat calon penumpang dengan nunjukin bukti tiket pesawat.

Kalau pengen dapet tiket lebih murah bisa cari tiket promo dengan sering2 liat tiket promo OL. Nah, kemaren sempet liat promo Jakarta-Bangkok PP cuma 1,3 juta loh! Mayan kan...
# Airport-dalam kota
Di Bangkok ada 3 terminal bis: Ekamai (terminal bis timur), Mochit (terminal bis utara) dan Sai Thalling Chan (terminal bis selatan). Bangkok juga punya stasiun utama Hualampong dan hanya ada satu stasiun utama itu di Bangkok. Ada juga Bangkok Sky Train (BTS) yaitu jalur kereta yang dibangun di atas jalan raya dan punya 2 jalur: Siam Line (barat-selatan) dan Sukhumvit Line (timur ke Mochit di utara). Kedua jalur ini ntar ketemu di Stasiun Siam. Tarifnya THB 15-42 dengan jam operasi pukul 06.30-24.00. Ada juga Mass Rapit Transit (MRT)/Subway/kereta bawah tanah yang hanya ada 1 jalur aja. Tarifnya THB 16-40 dengan jam operasi sama kayak BTS. BTS sama MRT dibangun buat mengantisipasi kemacetan di Bangkok.

Tiket buat BTS/MRT bisa dibeli di mesin tiket yang tersedia dan alhamdulillah ada pilihan bahasa Inggrisnya :) O iya ada 2 macam tiket: Single Journey Ticket sama One Day Pass. SJT hanya bisa dipake di hari itu aja. Nah, kalau mau kemana2 pake BTS/MRT bolak-balik mending pake yang ODP.
  1. Dari Suvarnabhumi:
    ^  Bis umum dengan tarif THB 35
    ^ Airport rail link THB 45 ke stasiun BTS Phaya Thai trus sambung lagi pake BTS ke itinerary tujuan.
    ^ Taksi. Biasanya dari airport harga borongan +/- THB 500 udah termask surcharge
  2. Dari Don Mueang: 
^ Airport bus THB 30
^ Taksi ke BTS Mochit THB 100. Kalau sesuai argo ke dalam kota sekitar THB 200.
^ Kereta ke Stasiun Hualampong kelas 1 tarifnya THB 21, kelas 2 THB 11 dan kelas 3 THB 5
  • Tips
  1. Kalau mau pergi2 jarak dekat dan ber-4 lebih baik naik taksi, soalnya tarif jarak dekat biasanya minta borongan THB 100. Kalau pake argo ga bakal lebih dari THB 100, lebih irit daripada naik BTS/MRT. Bisa juga naik bis kota ber-AC THB 10-25, non AC THB 10. 
  2. Bagi yang pengen nyoba transportasi khas Thailand bisa naik tuktuk dengan tarif THB 50-100 (bisa nego) untuk jarak dekat. 
  3. Nah, kalau kami dulu city tour pakai mobil van yang muat sampe 8 orang. Kalau rombongan banyak lebih nyaman naik mobil van deh. Harga sewa+supir+BBM keliling Bangkok +/- THB 800-1600 tergantung jaraknya.
  4.  Thailand beriklim tropis kayak Indonesia. Kapan aja mau kesana nggak masalah buat orang Indonesia. Untuk cuaca dan iklim, bulan Nopember-Pebruari udara biasanya agak dingin daripada biasanya. Bulan Maret-April berhawa  panas dan musim hujan biasanya ada di bulan Mei-Oktober. 
Yup, itu dia infonya, ga banyak sih, tapi moga aja bisa bantu bagi yang mau melancong ke sono :)

Selasa, 27 Januari 2015

Sightseeing at Ramkhamhaeng Night Market

Postingan sebelumnya udah aku ceritain soal city tour di Thailand sebelum balik ke Indonesia. Gimanapun juga pengalaman "nyasar" di sini tetep berbekas di hati dan pikiran (lebai dikit ah...). Gimana enggak coba, mulai dari kesasar dan ga tau harus berbuat apa2 sampai bisa jalan2 keliling kota. Dan aku sadar ini semua adalah kehendakNya. Ambil hikmahnya aja lah, aku bisa jalan2 gratis dan ketemu dengan orang2 baik yang udah nolongin kami disini, Alhamdulillah...

Ngomong2 soal Thailand, aku pasti inget pengalamanku yang satu ini dan pengen balik ke sana lagi. Bagi yang pengen ke sana bolehlah ajak2, he3... Apalagi kemaren aku sempet liat ada promo tiket awal bulan Pebruari Jakarta Bangkok PP dengan harga 60% lebih murah loh... kyaaaaa.....

Aktivitas kami di sini sebenernya biasa aja sih mulai dari pagi hari bisa dibilang ga beda kayak kami di Indonesia: bangun pagi, sholat subuh, mandi, sarapan. Pas sarapan aku suka banget minum coklat panas pake krimer tanpa gula sama bikin roti tawar panggang barengan sama penghuni hotel lain, hehe... abis sarapan biasanya para jamaah kembali ke kamar hotel ga terkecuali kami, kecuali jika bu kabiro ngajak ayah dan beberapa jamaah laki2 buat berembug di lobi atau musholla hotel atau ngajak aku/adek ngurusin kelengkapan buat para jamaah. Aku sama bu kabiro abis sarapan sering ke kantor Pak G yang letaknya ga jauh dari hotel tempat kami menginap, Regent. Disana kami ketemu sama Pak G, Ust. S dan beberapa stafnya yang ramah dan siap bantu kami

Pernah pas pagi2 abis subuh kami sekeluarga jalan2 di sekitar hotel, masuk ke kawasan kompleks pemukiman penduduk. Daerah yang dekat dengan hotel adalah kawasan pemukiman muslim. Makin masuk ke kompleks adalah pemukiman umat budha, terlihat ada altar2 kecil lengkap ama dupa dan sesaji bunga khas Thailand. Kami terus jalan sampai akhirnya nemu pemukiman orang kristen evangelist Korea. Kami ga berlama-lama disitu karena banyak anjing penjaga berkeliaran di depan rumah2 besar berdesain gotik yang selalu tertutup rapat. Akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel karena hari sudah mulai siang dan lanjut sarapan di restoran hotel.

Selama perjalanan kembali ke hotel kami sering membandingkan rumah2 di sini dengan di Indonesia. Di sini, rumah2 kebanyakan memiliki taman atau sekedar tanaman2 yang ditata rapi di depan rumah. Banyak juga rumah yang pake pagar alami (pohon2an) sebagai pembatas rumah dengan jalan. Rumah2 disana juga memasang 2 bendera di pagarnya, bendera negara dan yang 1 bendera warna kuning yang aku ga tau bendera apa itu. Mungkin lambang kerajaan Thailand kali ya...

Pas siang/sore bahkan malam bu kabiro juga biasanya ngajak aku/adek ke sevel buat beli pulsa/barang2 kebutuhan sehari-hari. Karena bu kabiro ga bisa basing maka aku sama adek yang sering diajak kemana2 mulai dari ke kantor Pak G, sevel, bank, mall bahkan pasar tradisional di Ramkamhaeng. Kadang para jamaah juga sering nitip barang2 keperluan jadi kesempatan ini aku ambil sekalian jalan2 di Ramkamhaeng, hehehe...

Ketika pagi keluar hotel menuju jalan utama Ramkhamhaeng yang jaraknya kira2 50 m aja udah bisa nemu para penjual kaki 5 yang jualan di trotoar. Barang2 yang dijual macem2 mulai dari makanan, pakaian, lapak koran, bunga untuk sembahyang umat budha, obat2an tradisional dll, hingga pengamen jalanan pun ada di sini, mirip banget sama pasar di Indonesia. Makanan macam2 dan hampir mirip sama masakan Indonesia. Makanan berat macam nasi dan bubur untuk sarapan, lauk pauk dan masakan macam kuah kari, tumis, dan mungkin sejenis balado yang penah aku liat ada disitu. Jajanan pasar khas Thailand pun banyak dikerumuni pembeli. Aku juga liat banyak yang jual sate2an macam sate sosis dkk yang sekarang masih ngehits di Indonesia. 


Thailand street food
64. Thai street food. Mirip jajanan di Indonesia ya
Source: pinterest.com
 
Semuanya terlihat yummy tapi aku ga pernah beli makanan2 itu karena ga tau apakah itu halal apa ga. Dan lagi, Ust. S yang asli orang Thai juga memperingatkan untuk ga beli makanan/minuman di situ kecuali yang label halal/menuliskan moslem food di kedai/lapaknya. Kami pun nurut. Yang pernah kami beli adalah buah2an di penjual gerobak macam penjual rujak di Indonesia. Pas itu bu kabiro penasaran sama buah yang mirip kedondong tapi sizenya lebih kecil. Si bapak penjual pun mengisyaratkan kami buat nyoba, dan ternyata rasanya mirip jambu. Kami pun beli trus sampai di hotel kami bagi2in ke jamaah.

Makin sore, suasana makin ramai. Di sepanjang jalan Ramkhamhaeng ini banyak banget pedagang kaki lima yang buka lapak, karena mulai pukul 15.30-22.30, adalah saatnya Ramkhamhaeng Night Market. Ya, pasar malam yang buka tiap hari ini jual macam2 barang keperluan sehari-hari ga jauh beda kayak pas pagi hari, tapi dengan suasana yang lebih semarak karena barang2 yang dijual lebih bervariasi. Pokoknya ni tempat cucok banget buat para backpacker yang mau berburu makanan, barang2/oleh2 dengan harga miring. Kemampuan nawar harga di sini sangat diperlukan guys...


Ramkhamhaeng
65. Suasana sore menjelang Ramkhamhaeng Night Market. Ada bebeapa lapak yang udah buka

Ramkhamhaeng Night Market
66. Walk along at Ramkhamhaeng Night Market
Source: http://inter.tourismthailand.org/fileadmin/upload_img/Attraction/6200/Ramkhamhaengeng.jpg


Ramkhamhaeng Night Market
67. Ramkhamhaeng Night Market dekat Universitas Ramkhamhaeng
Source: http://johnsonism.com/wp-content/uploads/2014/04/market-640x372.jpg

Selain pasar tradisional dan night market, di sepanjang jalan Ramkhamhaeng ini juga ada beberapa pusat perbelanjaan modern. Sebut saja Central Power Center Huamark, Fashion Island, Huamark Town Center, The Mall Bangkapi, The Mall Ramkhamhaeng 2 dan 3 ada di situ. Banyak juga kios2 yang menjual berbagai macam barang2. Yang terdekat sama hotel Regent adalah Huamark Town Center, so, aku sering kesana sama bu kabiro. Pernah juga kami sekeluarga kesana beli camilan skalian jalan2. Pernah juga cuma berdua sama adek ngemall kesono daripada tiduran di kamar hotel, wkwkwk

Sekilas tentang daerah bernama Ramkhamhaeng adalah daerah luas di distrik Bangkapi yang ada di sepanjang jalan Ramkhamhaeng, jalan arteri utama di Bangkok Timur sepanjang 18 km. Nama daerah ini diambil dari nama raja ketiga Dinasti Phra Ruang dari Kerajaan Sukhotai. Raja yang berkuasa dari tahun 1279–1298 ini berjasa membuat aksara Thai. Selain itu raja ini juga jadiin agama budha jadi agama kerajaan saat itu. 


Layaknya daerah kota besar, Ramkhamhaeng di pagi dan sore hari juga ga lepas dari macet. Banyak orang yang pergi ke tempat kerja maupun mahasiswa/i yang mungkin berangkat kuliah. Ada 2 universitas di sini, Ramkhamhaeng University sama Assumption University. Ramkhamhaeng University berdiri sejak tahun 1971 yang alumninya banyak jadi orang sukses di negeri Gajah Putih ini. Sebut saja Mario Maurer (model & aktor Thailand), Abishit Vejjajiva (Perdana Menteri Thailand ke-27) dan masih banyak lagi. Stadion Rajamanggala yang terkenal yang sering dipake buat turnamen sepakbola ASEAN juga terletak di pinggir jalan arteri ini.

Postingan Populer

Sesame Street Elmo 2