Translate This Article

Rabu, 29 Oktober 2014

Bonus dari Tanah Suci

Sebelum baca postingan ini, aku mau jelasin sebentar kenapa alur kisahnya terkesan berbolak-balik atau muter2. Aku ga pake alur maju (kisah diceritain runut mulai dari awal perjalanan dari Solo-Jakarta-Bangkok-Tanah Suci-Bangkok-Jakarta-Solo) atau alur mundur (kisah diceritain runut mulai dari akhir perjalanan dari Solo-Jakarta-Bangkok-Tanah Suci-Bangkok-Jakarta-Solo) tapi aku campur keduanya (lhoh, gimana tuh?). Jadi aku mulai nulis awal keberangkatan dari Solo ke Jakarta lalu Tanah Suci dulu tanpa nulis Bangkok sebelumnya. Niatku karena tujuan awalku adalah cerita tentang my trip experience in Tanah Suci dulu baru Bangkok karena Bangkok buatku adalah bonus perjalanan buat kami semua.

Ngomong2 soal bonus, disini bakalan aku pos soalan kegiatan kami para jamaah abis pulang dari Tanah Suci. Kami ga bisa pulang langsung ke tanah air karena emang tiketnya PP Jeddah-Bangkok, bukan Jeddah-Jakarta. Jadilah kami "pulang" ke Bangkok pakai Etihad alhamdulillah dengan aman, nyaman dan sentausa, he3... Oke, dari Jeddah transit dulu di Abu Dhabi Int. Airport baru ke Suvanabhumi untuk selanjutnya stay di Ramkhamhaeng lagi, alhamdulillah, yeay!

Sampai di Suvarnabhumi, ibu kabiro langsung ngajak aku hubungi Ust. S untuk urusan akomodasi dan transport. Ga beberapa saat kemudian sebuah panggilan masuk di gadgetku dan ternyata dari Pak G manajer Regent Hotel di Ramkhamhaeng tempat kami stay sebelum ke Tanah Suci. Beliau sama satu asistennya dateng dan langsung bawa kami ke Regent. Sekali lagi aku kagum sama Pak G karena beliau bener2 memuliakan tamu dengan jemput kami secara langsung dari Suvarnabhumi ke Ramkhamhaeng. Keren!

Di Regent kamipun istirahat. Kami stay disana selama 3 hari. Hari kedua di Bangkok pasca kepulangan dari Tanah Suci, kami dapat bonus traveling ke beberapa itinerary di Thailand. Aku sebut bonus karena kami ga nyangka bisa sampai di negara ini dan bisa traveling gratis disini. Aku sendiri ingat niat besarku kala itu, waktu umurku masi belia (sekarang juga masi belia, cuma beda beberapa tahun, hahaha... ga mau dibilang tua ceritanya :p) Aku pengen banget bisa traveling keluar negeri. Tapi sebelum kemana2, aku pengen bisa ke Tanah Suci dulu baru traveling ke negara lain jika Allah ngasi kesempatan karena aku ga tau aku hidup sampai usia keberapa dan sebelum aku tutup usia aku ingin ke Tanah Suci buat ibadah dulu jika diizinkan. Dan Alhamdulillah Allah ngijabahin doaku. Aku bisa ke Tanah Suci buat umrah dan dapet bonus langsung di Thailand selama seminggu (4 hari pra, 3 hari pasca dari Tanah Suci). Aku bener2 ngrasa Allah itu deket. Deket banget sama aku khususnya karena Dia terus mendidik aku untuk jadi orang yang harusnya selalu sabar dan bersyukur meski harus ngelewatin berbagai halang rintang menuju Baitullah.

Bonus yang kami dapet adalah kami pergi ke 3 tempat di Thailand. Pattaya Floating Market, Pattaya Beach, sama Gems Gallery. Ya, kami akan ke Pattaya. Letaknya yang hanya sekitar 140 km dari Bangkok yang jadi pertimbangan kesana. Karena kebanyakan jamaah kami adalah lansia dan esok hari kami akan ninggalin Thailand, hanya kira2 separuh yang ikut tur ini. Keluargaku Alhamdulillah ikut semua, he3... Mari dikupas satu persatu.

1. Pattaya Floating Market
Sebelum kesini, karena hari udah siang dan masuk waktu dhuhur, kami berhenti di Chonburi tepatnya di kawasan muslimnya. Kami ternyata diantar sama si sopir travel yang bawa kami ke restoran muslim Thailand. Aneka macam dish khas Thailand macam tom yam, seafood, dan masakan kari tersedia di meja kami. Alhamdulillah... kalau udah rezeki emang ga akan kemana, he3...

Restoran cozy dan comfy yang cukup luas ini punya seorang wanita turunan Bangladesh yang bersuami orang Thai. Si ibu cukup ramah nyapa kami dan ajak ngobrol. Abis makan dan selesai sholat kamipun ninggalin tempat ini dan berangkat menuju Pattaya Floating Market.


Pattaya Floating Market
56. Main Entrance Pattaya Floating Market

Pattaya Floating Market
 57. Padet banget. Pas musim liburan disana
Bagi yang pernah ke Kalsel dan liat pasar terapung disana, kita juga bisa nemuin di Thailand yang emang terkenal juga akan pasar terapungnya.  Barang2 yang dijual pun sama macam disini kek buah dan sayuran di atas perahu. Perahu yang digunakan emang cukup besar dengan kapasitas hingga 4 orang. 

Pattaya Floating Market
58. Suasana di Dalam
Source: http://www.travelhubthailandtours.com/images/hotels-pic/lightbox-pics/floating-market/floating-market010.jpg
 
Dibangun di lahan seluas 100,000 meter2, pasar terapung ini terbagi jadi 4 bagian: utara, timur, selatan, dan barat. Selain pasar terapung ada rumah-rumah kayu yang juga ngejual beberapa dagangan, mulai dari gerai buah segar, toko sovenir, sampai galeri seni. Yang juga ada pastinya aneka makanan khas Thailand, kek pad thai (mi goreng Thailand-pernah aku bahas di postingan awal), kanom jean (bihun beras) dengan aneka macem kuah kari, ka nom krok (panekuk kelapa), foi thong, dll. Jam Buka  Pattaya Floating Market adalah jam 08.00 – 18.00 dan lokasinya ada di 451/304 Mu 12, Sukhumvit Road, Tambon Nong Prue, Amphoe Bang Lamung, Chon Buri, Tel. +66 3870 6340.

2. Pattaya Beach
 Pantai yang ada di tenggara Bangkok ini cukup terkenal di dunia dengan pusat hiburan malamnya. Tapi tenang aja, kami datang kesana pas tengah hari dan lokasi kami di pantai ini pun jauh dari lokasi hiburan malam tadi, aman laahh...

Pantai cakep ini pernah kena imbas tsunami 2006 kemaren. Meskipun gitu, pantai yang bikin Thailand tambah devisa karena kunjungan turis manca yang luar biasa ini udah lengkap nawarin macem2 fasilitas dan hiburan. Mulai dari resor sampai berbagai macam olahraga air ada disana. Beberapa foto aku ambil dari sana. Kayak gini nih cakepnya Pattaya Beach...
Pattaya
59. Pattaya Beach (cuaca mendung)

3. Gems Gallery

Gems Gallery
60. Pelataran Gems Gallery Pattaya
Source: http://i1301.photobucket.com/albums/ag110/KitYiLim/bkk%204/DSCN1827_zps27e4c361.jpg
Gems Gallery di Pattaya ini adalah 1 dari empat cabang galeri permata yang ada di Thailand. Disini kami bisa liat macem2 batu permata mulai dari cara pengambilannya dari alam sampai proses pembuatan dan pemasarannya. Begitu sampai di pelataran kami disambut sama petugas cewek berbaju khas Thai dan menanyakan darimana asal negara kami. Sebelum kami masuk ke area galeri, kami dipesilakan ikut tur Germs Discovery dengan naik kereta yang masuk ke sebuah gua. Semacem masuk gua hantu gitu deh... Gelap juga awalnya pas kereta mulai jalan sampai ada anggota jamaah kami yang lansia pegang tangan ibuku kenceng saking takutnya. 

Gems Gallery
61. Kereta Gua Hantu, Eh Gua Permata Ding :p
Source: http://www.gems-gallery.com/mobile/images/store/pattaya/IMG_9419_sm.jpg
 Di dalam gua buatan ini kami disuguhi live diorama bagaimana permata/gems itu berasal. Mulai dari gunung berapi yang memuntahkan lahar dan batu2an, kemudian cara pengambilan dan pengolahan secara tradisional pada zaman dulu hingga zaman sekarang dengan alat2 modern plus arti permata bagi bangsa Thai. Narasi disajiin dalam Bahasa Indonesia disesuaikan sama negara asal pengunjung. Cukup memukau tapi sayang pengunjung ga dibolehin take pictures disana.

Abis keluar "gua" dan turun dari kereta, kami langsung disambut sama petugas yang fasih bebahasa Indonesia dan bawa kami ke suatu ruangan yang luas dimana kami bisa liat cara pengolahan batu permata jadi macem2 perhiasan apik yang langsung dipraktekin sama para tukang pembuat permatanya sendiri. Jadi inget tetanggaku dulu orang Banjar yang profesinya bikin perhiasan dari batu intan, alat2 yang dipake mirip. Nah, abis itu kami masuk ke ruangan dimana galeri dari permata yang udah jadi dipamerin dan dijual. Harganya mulai dari yang paling rendah hingga milyaran rupiah (kalau dirupiahin) ada disana tergantung dari jenis, ukuran, dan tingkat keruwetan bentuknya. Banyak turis domestik maupun manca yang datang kesono dan tertarik buat beli, termasuk mak gue. Pas mau bayar, ayah ngeluarin uang riyal. tapi ternyata petugas disana ga bisa nerima dengan alesan kalau susah nukerin riyal ke baht dan harus ke bank sentral. So petugas disana nganjurin pembayaran pakai Rp aja. Ya wis lah...


Gems Gallery
62. Ruang Display Gems Gallery Pattaya
Source: http://www.tourismthailand.org/img_resize/79/8cde70975899d15468864f11b17062_400_300_none.jpg

Selain perhiasan dan asesoris dari permata, ada juga yang dari emas dan perak. Aku emang ga tertarik sama perhiasan2 macam itu jadi aku sambil lalu aja dan masuk ke ruangan yang mamerin aneka macam traditional handicrafts khas Thailand. Nah disini aku bisa betah liat2 barang2 unik, tapi aku ga niat beli juga karena emang harganya mahal sangat! bisa 3x lipat kalau kita beli di lapak kaki lima diluar sana. Ada juga produk body care lokal dan fesyen merk terkenal juga dijual disana mulai dari baju, tas, sepatu, dompet, dll. Enaknya disini waktu pengunjung liat2 barang ga diikutin sama petugasnya. Ga macam di Indonesia yang pas mau milih2 barang diikuti trus diliatin terus sama petugas/SPG yang pastinya bikin kita ga nyaman pas belanja/milih2 barang.


Gems Gallery
63. Ruang Display Handicraft dan Fesyen Gems Gallery Pattaya
http://www.pattaya.go.th/wp-content/uploads/2012/01/IMG_9393_resize.jpg 

Gems Gallery Pattaya yang letaknya di 555 Moo 6 North Pattaya Rd., Nakluea, Banglamung Thaiand ini buka tiap hari dari pukul 08.30 - 18.00. Bagi yang pengen tau detil bisa buka webnya Gems Gallery atau telp di +66 3837 1222-31, +668 3657 5757.

Usai dari situ, kami pulang karena hari udah sore. Sepanjang jalan di kawasan Pattaya yang kami liat udah mirip di Bali aja. Para turis dari berbagai ras lalu lalang disitu, hotel dari kelas backpacker hingga bintang lima, tempat makan dari pedagang kaki lima sampai yang mewah, resto fast food, mall, minimarket (disana banyak banget sevel), tempat hiburan malam hingga tempat pijat plus2 pun ada. Perjalanan yang agak jauh yang bikin capek ditambah hujan deras waktu udah hampir sampai Bangkok bikin kami ngantuk. Akhirnya satu per satu dari kami tertidur, he3... 

Kami sampai di hotel menjelang magrib. Meskipun capek, kami terutama keluargaku ga boleh tidur dulu karena mau packing buat kepulangan kami ke tanah air.

Kamis, 23 Oktober 2014

Orang-orang Baik di Negeri Tak Terduga

Jumat itu, Ust. S ngajak para jamaah kami yang laki buat sholat jumat berjamaah di Islamic Center Bangkok. Lokasinya masih di Ramkhamhaeng juga. Mereka kesana naik taksi. Ayahku langsung terharu begitu sampai disana karena desain masjid di Islamic Center mirip kek di Masjid Nabawi dengan atap macam payung2 elektrik. Ini yang ngingetin ayah akan Tanah Suci dan bikin ayah tambah yakin kalau Allah emang ngundang kami ke sana.

Besok malamnya aku, ibu kabiro sama staf biro travel utusan Ust. S kumpul di outdoor restaurant hotel. Abis makan (ini certanya aku sama ibu kabiro ditraktir makan malam sama mas staf biro travelnya, hi3) si masnya staf travel tadi buka email via smartphonenya dan nunjukin kalau e-tiket kami sudah berhasil dipesan dan esok hari kami para jamaah umrah bisa berangkat ke Tanah Suci. Si mas staf biro travel tadi lalu ngirim attachment e-tiket tadi ke email hotel untuk kemudian diprin dan diserahin ke kita setelah sebelumnya kami cek dulu apakah semua jamaah tercantum disitu. 

55. Outdoor Resto Regent Ramkhamhaeng Hotel
Sedikit cerita soal suasana malam itu (yang aku ga sadar kalau itu malam minggu) ya. Hotel Regent ini terutama di bagian outdoor resto nya cukup ramai ketimbang hari2 biasa. Banyak orang kumpul disitu. Ga cuma buat makan atau santai2 tapi juga buat belajar. Kayak mas staf travel yang kami temui ini ternyata ga cuma mau ketemu kami tapi juga lagi nunggu ustadznya buat belajar. Entah apa yang sedang mereka diskusikan karena mereka cakap2 pakai bahasa Thai dan banyak juga anak2 muda di samping meja kami yang sedang belajar bersama. Nah, si mas staf biro travel ini bisa berbahasa Melayu sikit2, so nyambunglah kami ngobrol2 sampai hampir tengah malam. Kadang kalau si mas ini ga bisa nyebut sesuatu benda/hal dengan bahasa Melayu, dia move ke English. Jadilah bahasa kita jadi gado2 antara bahasa Melayu dan English, ha3... Tapi dari pertemuan kami berempat ini aku jadi tambah ilmu karena ga cuma e-tiket yang kami bahas, tapi juga tentang kehidupan muslim di negara ini, khususnya di Bangkok. Jadi minoritas ga menyurutkan semangat mereka untuk melakukan semua aktifitas dan hubungan baik itu hubungan dengan Allah maupun hubungan dengan manusia. Jadi agen muslim yang baik, itu kesimpulan yang bisa aku tarik dari sini dan jadi penyemangatku untuk bisa seperti mereka.

Ahad subuh kami sudah siap dengan semua kelengkapan keberangkatan kami ke Tanah Suci. Setelah sholat subuh di mushola hotel, kami menuju mobil untuk berangkat ke Suvarnabhumi. Ust. S ikut serta antar kami setelah sebelumnya kami para jamaah foto bareng sama Ust. S (selfie tetep dong ya...). jalanan masih sepi waktu kami melintas. Aku bener2 seneng karena kami bisa berangkat lengkap ke Tanah Suci dari Bangkok. Tapi di satu sisi sedih juga rasanya ninggalin kota ini. Di Bangkok, tepatnya di Ramkhamhaeng adalah tempat yang udah Allah takdirin buat kami para jamaah stay sebelum ke Tanah suci. Aku udah merasa nyatu sama orang2 disini karena mereka saudara2 seimanku yang bener2 ikhlas bantuin kami. Aku berharap suatu saat aku akan pergi kesana. Lantunan doa dalam hati yang diikuti tetesan2 air bening yang keluar dari sudut mata karena sedih ninggalin kota ini.

Semua urusan transportasi dan akomodasi kami diurus sama Ust. S dan salah satu stafnya. Kami disuruh duduk manis dan nunggu sampai semuanya siap. Beliau juga bantuin angkatin barang2 kami tanpa diminta. Subhanallah... Semoga Allah membalas semua kebaikan Ust. S dan semuanya yang sudah membantu kami selama ini.

Ga terasa akhirnya kami kudu beranjak dan berpisah dari Ust. S dan stafnya. Kami berjalan menuju pemeriksaan dan bergerak menuju gate yang lumayan jauuuhhhh dari tempat kami tadi. Aku udah ga bisa liat Ust. S dan stafnya. Kami terus jalan dan akhirnya kamipun masuk ke pesawat lalu duduk sesuai nomor kursi kami masing2. Nanti kami akan transit di Abu Dhabi untuk selanjutnya terbang ke Jeddah. Namun aku masih merasa ga mau ninggalin Bangkok, ingin ada disini lebih lama lagi, tapi mau gimana lagi. Tujuan utamaku adalah ke Tanah Suci. Aku bersyukur bisa dipertemukan dengan keluarga seimanku disini, Alhamdulillah... Aku ga akan bisa lupain kebaikan mereka dan berharap bisa bertemu mereka lagi dalam keadaan yang baik. Itu salah satu doaku di Tanah Suci, semoga Allah kabulkan, amiiin...



Rabu, 22 Oktober 2014

Feels Like A Home

Kejutan2 muncul sebelum kami berangkat ke Tanah Suci. Mulai dari negeri Gajah Putih ini hingga kami kembali ke Tanah Air. Nah, waktu kita sampai malem2 di hotel, dan kami sekeluarga makan malam disana, kami sebangku sama orang yang bantu kami yang ketemu di Suvarnabhumi. kamipun ngepoin orang itu, karena kami penasaran dia mau bantu jamaah kami. ternyata dia seorang ustadz, importir, plus mahasiswa program doktoral yang punya saham di hotel yang kami diami saat itu. Yang bikin ga nyangka lagi, beliau ini kuliah S1 di Indonesia, tepatnya di salah satu universitas ternama di Jogja. So beliau bisa cas cis cus ngomong Indonesia dan sedikit Bahasa Jawa. Sebut saja Ust. S

Pagi menjelang. Setelah sholat subuh, mandi dan sebagainya kami kembali ngisi perut di resto. Disana sudah ada Ust. S yang dengan ramah ngajakin para jamaah makan. Meskipun hari itu aku belum bisa berangkat ke Tanah Suci, aku tetep yakin esok atau lusa kami akan berangkat. Ya, berangkat bukan dari negeri sendiri, berangkat dari negeri yang muslimnya jadi minoritas namun keliatan tinggi banget ukhuwahnya. Dan aku kagum dengan hal itu :)

Selama disana, aku sering nemenin ibu kabiro ngurusin e-tiket dan kelengkapan pemberangkatan ke Tanah Suci. Aku jadi sering ketemu sama Ust. S, orang KBRI di Thailand dan tentunya, jalan2 di kota, hehehe (ini yang gue suka :D). Ust. S ini juga punya usaha agen tiket dan biro perjalanan wisata barengan sama pemilik hotel yang kami diami, jadi semua hal yang berhubungan dengan transportasi dan akomodasi kami selama berangkat dibantuin sama beliau dan temen2nya, termasuk pemilik hotel yang secara khusus menjamu kami dengan apik banget pas malemnya.Disini aku bisa belajar tentang gimana ukhuwah Islam itu bener2 terbangun. Aku juga belajar banyak hal dari Ust. S, orang KBRI dan semua yang udah bikin aku makin banyak wawasan disini.

Pemilik hotel ini, Pak G dan istrinya menjamu kami dengan ramah malam itu. Semua makanan andalan di hotel itu dimasak khusus buat kami para jamaah umrah. Kami bener2 seperti jadi tamu kehormatan kala itu. Tom Yam dan aneka hidangan khas negeri gajah putih tersaji di meja makan kami. Pak G pun ga segan buat melayani kami bak waiter. Ya Allah, aku bersyukur bisa ketemu saudara seimanku disini :') Nah, pas aku sama ibu kabiro ngurus e-tiket buat ke Tanah Suci, Pak G ini cerita kalau anak pertamanya nyantri di Indonesia, tepatnya di Jawa Barat tapi aku lupa nama ponpes sama daerahnya dimana. Itulah sebabnya Pak G sering ke Indonesia buat jenguk anaknya atau buat urusan bisnis.

Banyak hotel dan tempat makan halal dari yang harga kaki lima hingga bintang lima disana. Tinggal pilih sesuai kecukupan kantong aja. O iya sekilas tentang hotel tempatku berdiam saat itu, namanya Hotel Regent. Ini hotel letaknya di daerah Ramkamhaeng, di kawasan muslim Bangkok. Hotel ini deket sama Ramkhamhaeng Univ. Gampang dijangkau dengan angkutan umum dan deket sama pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga mall.

53. Lokasi Hotel Regent (Aku yang di Ramkhamhaeng)
(Source: www.koh-samet.org)

Banyak muslim yang menginap disitu mulai dari orang berwajah Melayu, India, Indocina, hingga Timur Tengah. Dengan slogan hotel "Feels Like A Home", aku rasa emang bener karena itu yang aku rasain selama disana. Aku seperti ketemu keluarga besar disini :) Lebih lengkapnya silakan kunjungi web hotelnya Regent Hotel & Apartement

54. Tampilan Depan Hotel Regent
(Source: www.regentram.com)

Sambil nunggu kepastian keberangkatan, aku sering jalan2 di sekitar hotel. Meskipun kawasan muslim, tapi kita kudu tetep ati2 karena ga semua pedagang makanan disana muslim. So untuk amannya beli makanan di tempat yang ada tulisan "halal" dan atau "muslim food".

Segini aja dulu deh ya... Di postingan berikutnya bakalan aku ceritain deh keadaan Ramkamhaeng dan apa aja yang ada disana. So be patient waiting my next post ;)

Kamis, 25 September 2014

Ramkhamhaeng, Alhamdulillah :)

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Rombongan yang "tertinggal" di Jakarta akhirnya sampai juga di Suvarnabhumi. Ayah langsung meluk aku, begitu juga beberapa jamaah wanita yang langsung menghambur lari ke arahku diikuti muka haru+linangan air mata yang keluar dari sudut mata mereka (serius, ga lebai).  Kami akhirnya bisa kumpul lagi di tempat tak terduga, Bangkok.

Abis makan, kami semua menuju musholla untuk ibadah. Sedikit penjelasan tentang musholla/prayer room di Suvarnabhumi, aku agak terkesima pas masuk didalam. Karena banyak muslim disana yang menyapa kami dengan ramah. Sembari menunggu waktu ashar tiba, aku ngobrol sama wanita keturunan India yang berkebangsaan Thailand. Dia udah menduga kami akan berangkat umrah (mungkin karena kostum kami samaan kali ya...)

Ok, abis sholat kami kembali lagi ke lantai atas untuk menunggu kepastian tiket. Hinga magrib kamipun belum mendapat info apapun. O iya, sedikit penjelasan kenapa kami ga bisa berangkat cepet ke Tanah Suci karena ada sesuatu hal yang membuat kami pending berangkat dan harus transit di Bangkok. Ada oknum yang mengambil keuntungan dibalik pembelian tiket kami. Dan itu bukan kesalahan dari biro kami. Mereka juga kena imbasnya. Saat aku tau hal itu aku berpikir alangkah bodohnya orang yang tega menipu kami para jamaah umrah dan biro dengan mengambil kesempatan macam ini. Mereka tidak berpikir apa yang mereka lakukan sebenernya ngerugiin diri mereka sendiri karena mereka menghalangi orang untuk beribadah ke Tanah Suci. Mereka hanya memikirkan kesenangan sesaat di dunia tanpa berpikir efeknya. Baik efek di dunia yang berat maupun efek di akhirat kelak yang lebih berat. Ini bener2 ujian dalam beribadah yang paling besar yang pernah aku alami sampai aku nulis postingan ini. Tapi gimanapun juga kami ga boleh kebawa emosi. Kalau pengen jadi hamba Allah yang lebih baik dari sebelumnya dan ingin derajat di hadapanNya lebih baik dari sebelumnya, kami harus menyikapi keadaaan ini dengan sabar dan tawakal. Gimanapun juga aku tetep yakin kalau kami semua akan bisa sampai ke Tanah Suci dengan selamat.

Back to the story. Waktu magrib pun tiba. Kami kembali turun ke prayer room buat ibadah. Disinilah bantuan Allah datang. Salah seorang rombongan biro kami (laki, sebuat aja Y) sehabis sholat ngobrol2 sama orang sebelahnya. Si Y cerita semua permasalahan kami dan ternyata orang tadi dengan ikhlas mau bantu kami dan pengen ketemu sama jamaah. Akhirnya orang tadi langsung koordinir kami untuk keluar Suvarnabhumi dan dia udah nyiapin akomodasi dsb buat kami. What a coincidence! Ini bantuan Allah yang nyata! Kami dipertemukan sama sodara seiman kami disini.

Sesampainya di hotel, kira2 jam 22.30 kalau ga salah. Aku langsung tau kalau itu hotel muslim karena semua pegawai wanita yang bekerja disitu memakai penutup aurat. Dugaan ini makin bener pas keesokan harinya aku liat suasana sekitar kalau kami tengah berada di kawasan muslim Thailand, Ramkhamhaeng.

Kami mulai mengambil kunci kamar masing-masing dan naruh barang. Ada perasaan berbeda waktu aku tiba di hotel ini. Suasana Islam sangat kental disini. Dari hiasan hotel yang banyak majang kaligrafi dan nama-nama kota-kota Islam dunia tertulis rapi. Tapi aku ga sampai bengong karena aku kudu turun ke resto buat ngisi perut buat makan malam. 

Ada kejutan lagi dari Allah buat kami khususnya keluargaku di resto. Penasaran sama kisah selanjutnya? Tunggu postingan berikutnya ;)

Minggu, 21 September 2014

Get Stranded in Bangkok (3): Pending Lagi Deh

Ini masih kelanjutan yang kemaren. Sembari menunggu pagi kami tiduran, ngemil sama nonton TV. Macem orang males aja nih kami, hahaha. Lah abisnya emang ga ada aktifitas penting lain. Ya karena emang kami ga ada maksud dan tujuan kesono (Bangkok). Pas itu aku iseng foto2 makanan (aku nyebutnya dish) yang kami bawa dari Solo (karena emang ga ada kerjaan sih...)

50. Camilan seadanya

Abis sholat subuh berjamaah, muncul rasa ingin tauku pengen liat suasana Bangkok di pagi hari kayak apa. Apakah macet kayak Jakarta atau gimana. Aku yang pas duduk di sebelah jendela langsung buka tirai dan seperti inilah Bangkok in the morning.

 51. Bangkok in the Morning






52. Pagi Berkabut di Bangkok

Sebenernya ga terlalu beda dengan Jakarta sih... cuma disini mungkin ga sepadet ibukota Indonesia tercintah dan pengguna jalan bener2 tertib lalin. Macet pun ga berjam2 kayak di Jakarta. Transportasi umum juga banyak, tapi lebih nyaman ketimbang di negeri sendiri.

Oke, mari kembali ke topik. Jadi hari itu rencananya kami akan ke Suvarnabhumi lagi buat berangkat ke Tanah Suci. Hari itu juga pihak biro berjanji akan datang ke Suvarnabhumi bareng sama jamaah yang "tertinggal" di Jakarta, termasuk ayah. Akhirnya setelah sarapan pagi, kami dipandu Sam, pemandu kami disana untuk menuju bus dan otw Suvarnabhumi. Lets go!

Sampai di Suvarnabhumi Sam pun pamit dan bilang kalau nanti pihak biro akan datang. Sam pun menghilang diantara kerumunan orang banyak. Waktu terus berjalan dan ga ada tanda2 kedatangan jamaah dari Indonesia. Kami pun mulai bingung. Tiba2 ada telpon dari biro dan mengatakan sebagian (besar) dari kami harus berangkat duluan. Otomatis rombongan kami terbagi lagi jadi 2 rombongan yang ga sama besar. Banyak jamaah yang emosi dan mungkin kecewa karena ada beberapa dari anggota keluarga mereka terpisah karena ga bisa berangkat bareng. Tapi mau gimana lagi, tiket udah dipesan dan akhirnya rombongan tadi berangkat duluan. Tapi aku masi bersyukur karena aku, ibu dan adek ga terpisah. Bayangin aja kalau misal kami 1 keluarga terpisah berangkat ke Tanah Suci. Terpisah di Bangkok aja udah ga enak. Apalagi di sana ya? 

Keadaan diperparah dengan salah 1 ibu rombongan kami yang marah2 karena dia merasa ditipu oleh biro. Dia mau lapor ke pihak keamanan bandara. Kami yang liat langsung berbisik ngucap istighfar. Lalu beberapa rombongan kami (termasuk ibu) berusaha nenangin tu ibu2. Akhirnya emosi dapat diredam. Tapi, si ibu tadi tetep ngeyel dan berusaha ngehubungin kabiro kami di Jakarta. Dia lalu bawa aku (karena dari rombongan kami yang lancar bahasa Inggris cuma aku) ke pihak2 yang ada di airport. mulai dari security, informasi, sampai ke money changer karena dia pengen telpon kabiro. Di Suvarnabhumi ada telpon koin so kita kudu tuker rupiah ke baht dalam bentuk receh. 

Akhirnya si ibu tadi capek sendiri dan kembali duduk di bangku tempat kami kumpul. Beberapa jamaah kembali nenangin dan nyuruh si ibu buat istighfar. Aku, ibu dan adek alhamdulillah ga terpengaruh sama sikap si ibu tadi. Aku sendiri yakin, haqqul yaqin malah, kalau Allah memang mengundang kami ke Baitullah namun dengan sedikit ujian macam ini. Aku ingat ada ayat AQ yang bilang kalau kita tidak boleh putus asa dari rahmatNya. Dan itu terbukti kami bisa ke Tanah Suci (baca postingan2 yang dulu2 yaa :))

Aku lalu coba telpon ayah via ponsel namun ga ada jawaban. Akhirnya dengan modal koin baht yang aku punya, aku sama salah satu rombongan kami, sebut saja Pak K menuju telpon umum dan coba telpon ayah dan kabiro. Pun ga nemu hasil apa2. Waktu jalan terus dan aku sama Pak K masih berkutat dengan koin dan telpon umum. Akhirnya kami kembali ke bangku dan bilang kalau kabiro ga bisa dihubungi. Aku nangkep muka2 kecewa dari para jamaah. Kami sedang diuji. Tapi ga lama kemudian ada pesan masuk di ponselku. Ternyata salah seorang dari biro mengabarkan kalau rombongan Jakarta (termasuk ayah) sudah sampai di Bangkok via di Don Mueang Airport. Kami lalu ngucap syukur dan nunggu kedatangan mereka. 





Selasa, 16 September 2014

Get Stranded in Bangkok (2): @Suvarnabhumi-Hotel

2 jam yang kami lalui sejak dari Jakarta akhirnya nganter kami di Suvarnabhumi International Airport. Begitu turun pesawat, jamaah pada bingung. kami ga tau kemana dan ga tau apa yang harus kita lakuin, karena emang ga ada rencana kesini dan ga ada satu pun orang yang kami kenal.

Tiap penumpang yang turun di terminal kedatangan luar negeri akan dikasih formulir imigrasi yang harus diisi dan diserahin bareng sama paspor sebelum ambil bawaan dari bagasi. Waktu itu kami bingung karena disitu tertulis dimana dan selama berapa hari kami akan stay di Thailand. Dan dengan "jujur" kami isi dengan keadaan kami sebenarnya. petugas yang bantu kami maklum juga kali ya...ngeliat rombongan kami banyak yang lansia dan dikit banget yang bisa basing, heuheu...

Pengecekan dokumen keimigrasian selesai. Sekarang yang bikin kami bingung adalah di airport yang seluas dan semodern ini siapa yang akan kami temui? Para ibu mulai panik karena kata kabiro sebelum kami berangkat kami akan ketemu guide yang akan antar kami ke hotel. Tapi kami belum ketemu sama si guide itu. Alhasil muter2lah kami di pelataran Suvarnabhumi yang luassss (Soetta kalah banget deh...) hingga akhirnya datang seorang lelaki tambun yang ajak kami semua masuk bis untuk dibawa ke hotel.

 44. Eksterior Suvarnabhumi (1)

45. Eksterior Suvarnabhumi (2)
o iya, FYI, di Thaiand kalau ke toilet jangan kaget ya karena ga disediain air buat cebok. Kita hanya akan nemu tisu gulung di tembok pembatas toilet satu dengan lainnya karena disini nerapin sistem toilet kering. Ada sih air, cuma di toilet buat difabel yang biasanya ada di paling ujung dan hanya disediain 2 toilet. Buat kami sebenernya risih dengan sistem macam itu. Makanya ada jamaah kami yang bawa tisu basah/air mineral buat bersih2. Karena dalam Islam yang namanya bersuci (dalam hal ini istinja') itu ya pakai air. Kalau ga ada bisa pakai yang lain macam tisu, dll.

Di bis, laki2 yang ngaku namanya Sam yang asli Malay beristrikan orang Thai ini ngenalin dirinya. Dia guide yang diutus biro umrah kami buat anter kami sampai hotel. Suasana pun jadi damai lagi karena kami ngerasa udah ada di "jalur" yang bener. Sepanjang jalan para jamaah mulai akrab dan tanya jawab seputar Thailand sama Sam. Aku dan adek yang duduk pas di belakang sopir sibuk sendiri ambil gambar pemandangan Bangkok yang mirip banget sama Jakarta. Bedanya disini lebih banyak jembatan layang, lebih teratur dan ga ada macet. Ada sih, cuma ga separah kayak di Jakarta. Meski udah ngerasa rada lega tapi aku sekeluarga tetep inget ayah yang masih di Jakarta dan berharap segera kumpul lagi. Entah hari ini atau besok. Ibu pun langsung telpon ayah dan ayah bilang sore itu akan terbang ke Bangkok.

Ini beberapa pemandangan Bangkok yang aku ambil untuk pertama kalinya

46. Baru Keluar dari Suvarnabhumi

47. Jalanan Menuju Pusat Kota

Perjalanan airport-hotel makan waktu lumayan lama. 1-2 jam kali ya kalau dikira-kira. Ga trlalu meratiin waktu pas itu. Jelasnya sampai hotel udah menjelang magrib. Dan akhirnya sampailah kami di hotel. Pas itu kita nginep di Mercure, tepat di pusat kota. Seberang hotel ada Central Plaza, salah satu mall di Bangkok. Nah, ngomong2 soal mall, disana ga terlalu banyak dibangun. Ga kayak Indonesia (baca: Jakarta) yang mallnya bejibun sampai 200an lebih katanya.

Abis check-in dan masuk kamar masing2 (kami sekeluarga kecuali ayah) jadi 1 kamar. 1 kamar biasanya diisi 2 orang) aku naruh ransel dan barang2 bawaan trus observasi kamar. Luas dan interiornya bagus dan terlalu mewah untuk ukuran backpacker, ha3...  tapi aku bersyukur karena perjalanan transit di pusat kota selama 1 malam ini bisa bikin aku betah duduk. Ya. Karena begitu aku buka tirai yang nutupin jendela, Subhanallah, aku bisa liat view Bangkok dengan gedung2 tingginya, kendaraan yang lalu lalang di jalanan, lampu2 kota yang kelip2 dan berpendar sampai perkampungan penduduk di pinggiran kota yang masih banyak tersedia lahan kosong. Ga macam Jakarta (bandingin sama Jakarta lagi deh aku :D) yang udah susah banget nemuin lahan kosong. View inilah yang bikin aku betah duduk di depan jendela dari ba'da sholat maghrib, makan malam hingga mau tidur. dan pemandangan ini yang akan aku liat sampai esok hari. Ga lupa aku ambil camding dari ransel dan took some pictures of it.

48. Bangkok at the Night

49. Lampu yang Berpendar. Mirip Huruf Thai Ga Si?

Ok, saatnya istirahat ngumpulin tenaga buat esok dan berharap semuanya fine.


Kamis, 21 Agustus 2014

Get Stranded in Bangkok: Pisah Sama Ayah

Yup. We get stranded in Bangkok. jadi kisah bemula pas kami jamaah umrah transit di Jakarta untuk kemudian terbang ke Jeddah. Tapi ternyata Allah menghendaki kami transit juga di Bangkok selama (katanya) 1 hari baru bisa ke Jeddah. Jumlah total rombongan kami kalau ga salah ada 24 orang. Sebelumnya udah ada jamaah umrah yang berangkat duluan tanggal 25 Juni, 1 hari sebelum kami yang berangkat dari Jakarta ke Jeddah tanpa transit.

Pagi tanggal 26 Juni kami otw ke Soekarno-Hatta International Airport (Soetta). Alhamdulillah jalanan ga macet pas itu. pesawat ke Bangkok tiba siang. Sementara itu kami di airport nyiapain semua kelengkapan pejalanan kami sembari nunggu siang. Lalu siangpun datang dan kami mulai bergerak untuk check-in. Kami pikir kami bisa barengan ke Bangkok. tapi ternyata jamaah kami ini masih dibagi lagi jadi 2 kloter tanpa sepengetahuan para jamaah. dan malangnya aku, ibu dan adek ga 1 kloter sama ayah. Saat itu juga ayah langsung menanyakan ke kabiro. Karena ga dapet jawaban yang jelas akhirnya ayah datengin petugas yang ngurusin keberangkatan ke Bangkok jam itu. ternyata hasilnya sama aja, gaje alias gajelas. akhirnya ayah nyimpulin sendiri kalau ada sesuatu yang ga beres dan ditutupi sama biro ini. tapi Alhamdulillah ayah tetep berusaha khuznudzon. Cuma ayah berusaha caritau sendiri jawabannya. dan akhirnya ayah nemu benang merah dari semua masalah ini. Mau tau? Oke2... sabar, aku posting ntar deh.

Kami sekeluaga ga bisa pergi tanpa ayah. Secara ayah tu imam kami. Masak kami pergi tanpanya. Lagian dari keluarga kami dan jamaah umrah ini ayahlah yang paling pengalaman keluar negeri dan urusan tetek bengeknya. Jamaah merasa iba dengan kami. Mereka udah mulai menuju pesawat sedangkan kami bertiga masih nunggu ayah "berdiplomasi" sama petugas biar kita bisa berangkat 1 keluarga. Tapi Allah ga izinkan kami berangkat bareng. akhirnya ayah berangkat sama kloter 2 (termasuk kabiro) dan kami bertiga dengan berat hati berpisah dengan ayah dan segera berlari menuju pengecekan tiket dan selanjutnya lari lagi menuju pesawat. Alhamdulillah kami belum ketinggalan.

Sampai di dalam pesawat pun kami duduk terpisah dan ga jadi 1 sama adek dan ibu. itu aku sadari abis baca nomor kursiku yang jauh angkanya dengan punya ibu dan adek. Dan ternyata sebagian besar jamaah juga gitu. Tapi Alhamdulillah lagi aku sebelahan sama pasutri yang juga rombongan umrah kami. Mereka juga merasa iba atas terpisahnya kami dari ayah. Selama di pesawat selain ngobrol sama pasutri ini, aku berdoa biar cepet sampai Bangkok dengan selamat dan ketemu ayah disana lalu kami dan jamaah berangkat ke Tanah Suci dengan selamat pula.

Mungkin para penumpang lain pada heran liat kami. Kami kayak rombongan tur dengan baju bercorak sama yang mau piknik ke Thailand yang para wanitanya berhijab besar dan kebanyakan adalah para lansia. Whatever lah. Yang penting tujuan utama kami bukan kesana, tapi ke Tanah Suci.


Senin, 21 Juli 2014

Bikin Paspor Ga Ribet Kok :)

Alhamdulillah akhirnya selesai juga cerita perjalanan ke Tanah Suci ini. Sebenernya belum bisa dibilang selesai karena masih ada rangkaian kisah yang ada sebelum dan sesudahnya. Kisah dimana kami para jamaah harus bermukim kurang lebih 1 minggu lamanya di negara yang ga kita duga sebelumnya sebelum sampai ke Tanah Suci. Perjalanan yang so surprised dan aku sering sebut sebagai unexpcted travel. Tapi nanti dulu deh. Kali ini aku mau bayar utang cerita. Ya. Aku pernah janji bakal posting tulisan seputar persiapan dokumen keberangkatanku, dalam hal ini paspor. So, mau aku jabarin cara bikin paspor yang ternyata ga seribet yang aku bayangin. Tapi eh tapi, cara bikin paspor jamanku dulu sama taun ini udah beda. So, aku beberin cara bikin yang baru aja ya...
1. Siapin syarat2 ini sebelum menuju kantor imigrasi:
          a. KTP. Difotokopi dengan posisi atas-bawah (jangan bolak balik) diperbesar
          b. KK
          c. Akta kelahiran/akta nikah/ijazah sekolah terakhir (bawa salah satu aja)
          d. Kartu mahasiswa (bagi yang masih kuliah) difotokopi sama kayak KTP
          e. Surat ganti nama (bagi yang pernah ganti nama) dari pejabat yang berwenang
          f. Untuk anak-anak yang akan bikin paspor, syaratnya adalah:
 1. Buku nikah orang tua (asli dan fotokopi)
 2. KTP orang tua (asli dan fotokopi)
          g. Surat izin instansi yang berwenang bagi yang akan kerja di luar negeri;
          Semuanya berupa dokumen asli dan fotokopi untuk dibawa ke kantor imigrasi.
          h. Materai Rp. 6000,00   
2.  Abis nyiapin persyaratan tadi, aku menuju ke Kantor Imigrasi Surakarta. Tempatnya di Jl. Adisucipto no.  8 Colomadu. Bagi yang belum tau, ni kantor ada di sepanjang jalan arah menuju Bandara Adi Sumarmo Solo. Jadi, setelah melewati gapura mewah yang dikenal sebagai Gapura Makutha, lurus aja ke barat tepatnya sebelah barat Hotel Narita.

3. Sampai di kantor segera menuju ke meja sebelah kiri pintu masuk buat ambil nomor antrian dan pengecekan dokumen persyaratan pembuatan paspor. Setelah lengkap, petugas akan ngasi map kuning buat tempat syarat2 tadi+formulir permohonan paspor.

4. Abis dapet formulir, langsung diisi sesuai data2 yang ada. Jangan lupa bawa pena dan tipe-x sendiri karena disana emang ga menyediakan alat tulis kecuali di koperasi (dengan membeli dong ya pastinya :p)
Begitu syarat-syarat lengkap dan formulir pendaftaran udah diisi, tunggu panggilan dari loket buat pengecekan dokumen. Jangan lupa nulis nama dan alamat di map dan pilih isi halaman paspor, 48 atau 24 halaman.

5. Setelah dokumen asli dan fotokopi dicek petugas, nanti pemohon paspor bakal dikasi kertas pembayaran untuk membayar di BNI. Paspor 48 halaman Rp 255.000 + biaya administrasi bank Rp 5000 (total 260rb). Kalau pengen cepet jadi paspornya, biaya kudu cepet2 dibayar ke BNI di loket khusus pembayaran paspor. Karena batas waktu bayar Cuma 2 hari, so jangan sampai kelewat ya... karena kalau kelewat bakal ngulang prosesnya lagi

6. Abis bayar, datang ke kantor imigrasi lagi (biasanya dikasi tau 2 hari abis bayar) buat pemotretan (ceileh), pengambilan sidik jari sama wawancara. Pakai baju yang rapi. Jangan lupa bawa berkas asli sama bukti pembayaran dari BNI.

7. Ambil nomor antrian. Pasang kuping baik-baik. Begitu nama disebut langsung masuk buat foto dkk. Abis itu, petugasnya akan pinjem dokumen asli kita (aku dulu KTP) buat cek data kita sesuai atau ga sama di paspor, eh calon paspor. Trus kita disuruh tanda tangan di calon paspor kita. Tunggu lagi 3 hari untuk ambil paspor :D

Paspor berlaku selama 5 taun. Nah, di taun ini mulai diadain paspor elektronik, jadi ada chipnya gitu... tapi masih diadain di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Batam. Wacananya, paspor elektronik ini bakalan diadain di seluruh Indonesia. Mungkin dengan adanya e-passport ini nantinya bisa ngilangin kasus2 penyalahgunaan paspor yang ditemui di lapangan. Kayak bapak pakai paspor anak laki2nya, om pakai paspor ponakannya yang mukanya mirip dsb. Masi inget ga kasus Gayus si koruptor yang dibui tapi masi bisa nonton pertandingan tenis di Bali? Hehehe...

Nah, perbedaan bikin paspor jamanku sama taun ini ada di abis dicek dokumennya di loket lalu dikasi jadwal foto dan sidik jari wawancara. Biasanya seminggu abis hari pengecekan dokumen. Pembayaran pun ga lewat bank dan baru dilakukan 2 minggu abis foto, pengambilan sidik jari dan wawancara, sekalian ambil paspor yang udah jadi.

O iya info penting buat yang udah punya paspor baik yang baru dan yang udah punya lama, paspor itu dokumen penting kita pas lagi diluar negeri. Bisa diibaratkan paspor itu KTP kita di luar negeri. Jadi kudu dibawa kemana2 pas lagi diluar. Jangan sepelein paspor kayak orang2 kita kebanyakan nyepelein dokumen2 penting ya. Kalau pas lagi diluar negeri dan suatu saat lagi jalan2/hang out diluar trus ada pemeriksaan dokumen kependudukan/keimigrasian bagi turis dan kita ga bawa gimana? Bisa panjang ntar urusannya. Ga mau kan kayak gitu?
Jaga paspor baik2 selama diluar negeri dan simpan baik2 bila udah sampai di tanah air.





Sabtu, 12 Juli 2014

Orbs di Tanah Suci. Baca Dulu Sebelum Berhipotesis

Okay, dulu aku pernah bilang bakal cerita soal pengalamanku ambil gambar waktu aku di hotel di Makkah. Jadi mulanya abis kami foto sekeluarga, aku lalu buka jendela kamar hotel. Pengen liat keadaan di luar kalau diliat dari jendela kayak gimana. Aku yang pas itu masi bawa camdig spontan langsung ambil gambar. Dan... inilah gambar yang aku dapati saat itu...

42. Orbs tertangkap dari camdig. diambil dari lantai 10 hotel

Mungkin ada yang belum tau atau bingung knapa foto yang aku ambil jadi kayak gitu. Mungkin juga ada yang berpikir kalau aku sedang foto cahaya berpendar atau gelembung2 udara di langit atau yang lainnya. Baiklah, daripada berspekulasi terlalu lama, mending aku jelasin deh soalan gelembung2 tadi.

Gelembung2 atau lingkaran-lingkaran berbentuk bulat yang muncul di fotoku tadi disebut orbs atau orang2 Spanyol biasa sebut dengan istilah canoplas. Orbs yang biasanya berwarna putih atau bisa berwarna lain timbul karena pantulan dari kamera. Biasanya Orbs muncul di kondisi cahaya gelap dan saat kamera pakai lampu kilat. Orbs muncul karena cahaya lampu kilat yang kuat menyinari benda-benda kecil yang reflektif. Contohnya debu, serangga berukuran sangat kecil dll. Biasanya Orbs lebih banyak timbul di camdig atau lebih tepatnya compact camera/kamera saku di mana jarak lampu kilat yang terpasang dengan lensa deket banget, so pantulan lampu kilat langsung tertangkap dan mewujudkan Orbs di foto. Orbs juga bisa timbul karena sensor kamera rusak. Orbs ini sering diasosiasikan dengan penampakan makhluk halus soalnya sering terlihat pas motret di tempat/kondisi yang gelap. Di tempat yang gelap, pantulan cahaya dari debu atau serangga terlihat lebih jelas.

Ada 2 foto yang aku ambil dan nunjukin banyak orbs disitu. Yang pertama foto yang udah kujelasin diatas sama yang ini, aku ambil waktu di kawasan Masjidil Haram abis thawaf.

43. Orbs tertangkap di luar Masjidil Haram

Penjelasan di atas adalah penjelasan ilmiah terbaru yang aku ambil dari berbagai sumber. Tapi masih banyak orang diluar sana yang menganggap orbs ini adalah gambaran makhluk halus/energi dari mereka yang tertangkap oleh kamera. Sebenernya aku sering banget ambil foto dan mendapati foto yang kuambil tadi banyak orbsnya. Di Makkah, di Benteng Vastenberg di Solo, dan di Jogja. Semuanya emang aku foto waktu malam hari dan memang pas di tempat yang minim cahaya alias gelap. Wallahu A’lam. Polemik itu beneran makhluk halus atau bukan biarlah pegetahuan yang menjawab. Yang jelas aku sebagai seorang muslim mengimani kalau makhluk halus memang ada. Dan kalaupun orbs itu besok dapat dibuktiin sebagai makhluk halus kayak hipotesis awal, berarti aku ambil kesimpulan gampangnya aja. Orbs yang ada di Makkah nunjukin kalau yang umrah bukan hanya manusia aja tapi juga makhluk Allah yang lain yaitu jin.

Penjelasan berakhir disini karena abis ini aku akan lanjut ke cerita lain yang masi ada hubungannya sama perjalanan spiritualku (ecieh bahasanyaaa...) alias perjalanan dari dan pulang dari umrah yang bener2 ga aku duga dari pikiranku maupun rombongan kami.

Postingan Populer

Sesame Street Elmo 2