Translate This Article

Kamis, 25 September 2014

Ramkhamhaeng, Alhamdulillah :)

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Rombongan yang "tertinggal" di Jakarta akhirnya sampai juga di Suvarnabhumi. Ayah langsung meluk aku, begitu juga beberapa jamaah wanita yang langsung menghambur lari ke arahku diikuti muka haru+linangan air mata yang keluar dari sudut mata mereka (serius, ga lebai).  Kami akhirnya bisa kumpul lagi di tempat tak terduga, Bangkok.

Abis makan, kami semua menuju musholla untuk ibadah. Sedikit penjelasan tentang musholla/prayer room di Suvarnabhumi, aku agak terkesima pas masuk didalam. Karena banyak muslim disana yang menyapa kami dengan ramah. Sembari menunggu waktu ashar tiba, aku ngobrol sama wanita keturunan India yang berkebangsaan Thailand. Dia udah menduga kami akan berangkat umrah (mungkin karena kostum kami samaan kali ya...)

Ok, abis sholat kami kembali lagi ke lantai atas untuk menunggu kepastian tiket. Hinga magrib kamipun belum mendapat info apapun. O iya, sedikit penjelasan kenapa kami ga bisa berangkat cepet ke Tanah Suci karena ada sesuatu hal yang membuat kami pending berangkat dan harus transit di Bangkok. Ada oknum yang mengambil keuntungan dibalik pembelian tiket kami. Dan itu bukan kesalahan dari biro kami. Mereka juga kena imbasnya. Saat aku tau hal itu aku berpikir alangkah bodohnya orang yang tega menipu kami para jamaah umrah dan biro dengan mengambil kesempatan macam ini. Mereka tidak berpikir apa yang mereka lakukan sebenernya ngerugiin diri mereka sendiri karena mereka menghalangi orang untuk beribadah ke Tanah Suci. Mereka hanya memikirkan kesenangan sesaat di dunia tanpa berpikir efeknya. Baik efek di dunia yang berat maupun efek di akhirat kelak yang lebih berat. Ini bener2 ujian dalam beribadah yang paling besar yang pernah aku alami sampai aku nulis postingan ini. Tapi gimanapun juga kami ga boleh kebawa emosi. Kalau pengen jadi hamba Allah yang lebih baik dari sebelumnya dan ingin derajat di hadapanNya lebih baik dari sebelumnya, kami harus menyikapi keadaaan ini dengan sabar dan tawakal. Gimanapun juga aku tetep yakin kalau kami semua akan bisa sampai ke Tanah Suci dengan selamat.

Back to the story. Waktu magrib pun tiba. Kami kembali turun ke prayer room buat ibadah. Disinilah bantuan Allah datang. Salah seorang rombongan biro kami (laki, sebuat aja Y) sehabis sholat ngobrol2 sama orang sebelahnya. Si Y cerita semua permasalahan kami dan ternyata orang tadi dengan ikhlas mau bantu kami dan pengen ketemu sama jamaah. Akhirnya orang tadi langsung koordinir kami untuk keluar Suvarnabhumi dan dia udah nyiapin akomodasi dsb buat kami. What a coincidence! Ini bantuan Allah yang nyata! Kami dipertemukan sama sodara seiman kami disini.

Sesampainya di hotel, kira2 jam 22.30 kalau ga salah. Aku langsung tau kalau itu hotel muslim karena semua pegawai wanita yang bekerja disitu memakai penutup aurat. Dugaan ini makin bener pas keesokan harinya aku liat suasana sekitar kalau kami tengah berada di kawasan muslim Thailand, Ramkhamhaeng.

Kami mulai mengambil kunci kamar masing-masing dan naruh barang. Ada perasaan berbeda waktu aku tiba di hotel ini. Suasana Islam sangat kental disini. Dari hiasan hotel yang banyak majang kaligrafi dan nama-nama kota-kota Islam dunia tertulis rapi. Tapi aku ga sampai bengong karena aku kudu turun ke resto buat ngisi perut buat makan malam. 

Ada kejutan lagi dari Allah buat kami khususnya keluargaku di resto. Penasaran sama kisah selanjutnya? Tunggu postingan berikutnya ;)

Minggu, 21 September 2014

Get Stranded in Bangkok (3): Pending Lagi Deh

Ini masih kelanjutan yang kemaren. Sembari menunggu pagi kami tiduran, ngemil sama nonton TV. Macem orang males aja nih kami, hahaha. Lah abisnya emang ga ada aktifitas penting lain. Ya karena emang kami ga ada maksud dan tujuan kesono (Bangkok). Pas itu aku iseng foto2 makanan (aku nyebutnya dish) yang kami bawa dari Solo (karena emang ga ada kerjaan sih...)

50. Camilan seadanya

Abis sholat subuh berjamaah, muncul rasa ingin tauku pengen liat suasana Bangkok di pagi hari kayak apa. Apakah macet kayak Jakarta atau gimana. Aku yang pas duduk di sebelah jendela langsung buka tirai dan seperti inilah Bangkok in the morning.

 51. Bangkok in the Morning






52. Pagi Berkabut di Bangkok

Sebenernya ga terlalu beda dengan Jakarta sih... cuma disini mungkin ga sepadet ibukota Indonesia tercintah dan pengguna jalan bener2 tertib lalin. Macet pun ga berjam2 kayak di Jakarta. Transportasi umum juga banyak, tapi lebih nyaman ketimbang di negeri sendiri.

Oke, mari kembali ke topik. Jadi hari itu rencananya kami akan ke Suvarnabhumi lagi buat berangkat ke Tanah Suci. Hari itu juga pihak biro berjanji akan datang ke Suvarnabhumi bareng sama jamaah yang "tertinggal" di Jakarta, termasuk ayah. Akhirnya setelah sarapan pagi, kami dipandu Sam, pemandu kami disana untuk menuju bus dan otw Suvarnabhumi. Lets go!

Sampai di Suvarnabhumi Sam pun pamit dan bilang kalau nanti pihak biro akan datang. Sam pun menghilang diantara kerumunan orang banyak. Waktu terus berjalan dan ga ada tanda2 kedatangan jamaah dari Indonesia. Kami pun mulai bingung. Tiba2 ada telpon dari biro dan mengatakan sebagian (besar) dari kami harus berangkat duluan. Otomatis rombongan kami terbagi lagi jadi 2 rombongan yang ga sama besar. Banyak jamaah yang emosi dan mungkin kecewa karena ada beberapa dari anggota keluarga mereka terpisah karena ga bisa berangkat bareng. Tapi mau gimana lagi, tiket udah dipesan dan akhirnya rombongan tadi berangkat duluan. Tapi aku masi bersyukur karena aku, ibu dan adek ga terpisah. Bayangin aja kalau misal kami 1 keluarga terpisah berangkat ke Tanah Suci. Terpisah di Bangkok aja udah ga enak. Apalagi di sana ya? 

Keadaan diperparah dengan salah 1 ibu rombongan kami yang marah2 karena dia merasa ditipu oleh biro. Dia mau lapor ke pihak keamanan bandara. Kami yang liat langsung berbisik ngucap istighfar. Lalu beberapa rombongan kami (termasuk ibu) berusaha nenangin tu ibu2. Akhirnya emosi dapat diredam. Tapi, si ibu tadi tetep ngeyel dan berusaha ngehubungin kabiro kami di Jakarta. Dia lalu bawa aku (karena dari rombongan kami yang lancar bahasa Inggris cuma aku) ke pihak2 yang ada di airport. mulai dari security, informasi, sampai ke money changer karena dia pengen telpon kabiro. Di Suvarnabhumi ada telpon koin so kita kudu tuker rupiah ke baht dalam bentuk receh. 

Akhirnya si ibu tadi capek sendiri dan kembali duduk di bangku tempat kami kumpul. Beberapa jamaah kembali nenangin dan nyuruh si ibu buat istighfar. Aku, ibu dan adek alhamdulillah ga terpengaruh sama sikap si ibu tadi. Aku sendiri yakin, haqqul yaqin malah, kalau Allah memang mengundang kami ke Baitullah namun dengan sedikit ujian macam ini. Aku ingat ada ayat AQ yang bilang kalau kita tidak boleh putus asa dari rahmatNya. Dan itu terbukti kami bisa ke Tanah Suci (baca postingan2 yang dulu2 yaa :))

Aku lalu coba telpon ayah via ponsel namun ga ada jawaban. Akhirnya dengan modal koin baht yang aku punya, aku sama salah satu rombongan kami, sebut saja Pak K menuju telpon umum dan coba telpon ayah dan kabiro. Pun ga nemu hasil apa2. Waktu jalan terus dan aku sama Pak K masih berkutat dengan koin dan telpon umum. Akhirnya kami kembali ke bangku dan bilang kalau kabiro ga bisa dihubungi. Aku nangkep muka2 kecewa dari para jamaah. Kami sedang diuji. Tapi ga lama kemudian ada pesan masuk di ponselku. Ternyata salah seorang dari biro mengabarkan kalau rombongan Jakarta (termasuk ayah) sudah sampai di Bangkok via di Don Mueang Airport. Kami lalu ngucap syukur dan nunggu kedatangan mereka. 





Selasa, 16 September 2014

Get Stranded in Bangkok (2): @Suvarnabhumi-Hotel

2 jam yang kami lalui sejak dari Jakarta akhirnya nganter kami di Suvarnabhumi International Airport. Begitu turun pesawat, jamaah pada bingung. kami ga tau kemana dan ga tau apa yang harus kita lakuin, karena emang ga ada rencana kesini dan ga ada satu pun orang yang kami kenal.

Tiap penumpang yang turun di terminal kedatangan luar negeri akan dikasih formulir imigrasi yang harus diisi dan diserahin bareng sama paspor sebelum ambil bawaan dari bagasi. Waktu itu kami bingung karena disitu tertulis dimana dan selama berapa hari kami akan stay di Thailand. Dan dengan "jujur" kami isi dengan keadaan kami sebenarnya. petugas yang bantu kami maklum juga kali ya...ngeliat rombongan kami banyak yang lansia dan dikit banget yang bisa basing, heuheu...

Pengecekan dokumen keimigrasian selesai. Sekarang yang bikin kami bingung adalah di airport yang seluas dan semodern ini siapa yang akan kami temui? Para ibu mulai panik karena kata kabiro sebelum kami berangkat kami akan ketemu guide yang akan antar kami ke hotel. Tapi kami belum ketemu sama si guide itu. Alhasil muter2lah kami di pelataran Suvarnabhumi yang luassss (Soetta kalah banget deh...) hingga akhirnya datang seorang lelaki tambun yang ajak kami semua masuk bis untuk dibawa ke hotel.

 44. Eksterior Suvarnabhumi (1)

45. Eksterior Suvarnabhumi (2)
o iya, FYI, di Thaiand kalau ke toilet jangan kaget ya karena ga disediain air buat cebok. Kita hanya akan nemu tisu gulung di tembok pembatas toilet satu dengan lainnya karena disini nerapin sistem toilet kering. Ada sih air, cuma di toilet buat difabel yang biasanya ada di paling ujung dan hanya disediain 2 toilet. Buat kami sebenernya risih dengan sistem macam itu. Makanya ada jamaah kami yang bawa tisu basah/air mineral buat bersih2. Karena dalam Islam yang namanya bersuci (dalam hal ini istinja') itu ya pakai air. Kalau ga ada bisa pakai yang lain macam tisu, dll.

Di bis, laki2 yang ngaku namanya Sam yang asli Malay beristrikan orang Thai ini ngenalin dirinya. Dia guide yang diutus biro umrah kami buat anter kami sampai hotel. Suasana pun jadi damai lagi karena kami ngerasa udah ada di "jalur" yang bener. Sepanjang jalan para jamaah mulai akrab dan tanya jawab seputar Thailand sama Sam. Aku dan adek yang duduk pas di belakang sopir sibuk sendiri ambil gambar pemandangan Bangkok yang mirip banget sama Jakarta. Bedanya disini lebih banyak jembatan layang, lebih teratur dan ga ada macet. Ada sih, cuma ga separah kayak di Jakarta. Meski udah ngerasa rada lega tapi aku sekeluarga tetep inget ayah yang masih di Jakarta dan berharap segera kumpul lagi. Entah hari ini atau besok. Ibu pun langsung telpon ayah dan ayah bilang sore itu akan terbang ke Bangkok.

Ini beberapa pemandangan Bangkok yang aku ambil untuk pertama kalinya

46. Baru Keluar dari Suvarnabhumi

47. Jalanan Menuju Pusat Kota

Perjalanan airport-hotel makan waktu lumayan lama. 1-2 jam kali ya kalau dikira-kira. Ga trlalu meratiin waktu pas itu. Jelasnya sampai hotel udah menjelang magrib. Dan akhirnya sampailah kami di hotel. Pas itu kita nginep di Mercure, tepat di pusat kota. Seberang hotel ada Central Plaza, salah satu mall di Bangkok. Nah, ngomong2 soal mall, disana ga terlalu banyak dibangun. Ga kayak Indonesia (baca: Jakarta) yang mallnya bejibun sampai 200an lebih katanya.

Abis check-in dan masuk kamar masing2 (kami sekeluarga kecuali ayah) jadi 1 kamar. 1 kamar biasanya diisi 2 orang) aku naruh ransel dan barang2 bawaan trus observasi kamar. Luas dan interiornya bagus dan terlalu mewah untuk ukuran backpacker, ha3...  tapi aku bersyukur karena perjalanan transit di pusat kota selama 1 malam ini bisa bikin aku betah duduk. Ya. Karena begitu aku buka tirai yang nutupin jendela, Subhanallah, aku bisa liat view Bangkok dengan gedung2 tingginya, kendaraan yang lalu lalang di jalanan, lampu2 kota yang kelip2 dan berpendar sampai perkampungan penduduk di pinggiran kota yang masih banyak tersedia lahan kosong. Ga macam Jakarta (bandingin sama Jakarta lagi deh aku :D) yang udah susah banget nemuin lahan kosong. View inilah yang bikin aku betah duduk di depan jendela dari ba'da sholat maghrib, makan malam hingga mau tidur. dan pemandangan ini yang akan aku liat sampai esok hari. Ga lupa aku ambil camding dari ransel dan took some pictures of it.

48. Bangkok at the Night

49. Lampu yang Berpendar. Mirip Huruf Thai Ga Si?

Ok, saatnya istirahat ngumpulin tenaga buat esok dan berharap semuanya fine.


Postingan Populer

Sesame Street Elmo 2