Ini masih kelanjutan yang kemaren. Sembari menunggu pagi kami tiduran, ngemil sama nonton TV. Macem orang males aja nih kami, hahaha. Lah abisnya emang ga ada aktifitas penting lain. Ya karena emang kami ga ada maksud dan tujuan kesono (Bangkok). Pas itu aku iseng foto2 makanan (aku nyebutnya dish) yang kami bawa dari Solo (karena emang ga ada kerjaan sih...)
50. Camilan seadanya
Abis sholat subuh berjamaah, muncul rasa ingin tauku pengen liat suasana Bangkok di pagi hari kayak apa. Apakah macet kayak Jakarta atau gimana. Aku yang pas duduk di sebelah jendela langsung buka tirai dan seperti inilah Bangkok in the morning.
51. Bangkok in the Morning
52. Pagi Berkabut di Bangkok
Sebenernya ga terlalu beda dengan Jakarta sih... cuma disini mungkin ga sepadet ibukota Indonesia tercintah dan pengguna jalan bener2 tertib lalin. Macet pun ga berjam2 kayak di Jakarta. Transportasi umum juga banyak, tapi lebih nyaman ketimbang di negeri sendiri.
Oke, mari kembali ke topik. Jadi hari itu rencananya kami akan ke Suvarnabhumi lagi buat berangkat ke Tanah Suci. Hari itu juga pihak biro berjanji akan datang ke Suvarnabhumi bareng sama jamaah yang "tertinggal" di Jakarta, termasuk ayah. Akhirnya setelah sarapan pagi, kami dipandu Sam, pemandu kami disana untuk menuju bus dan otw Suvarnabhumi. Lets go!
Sampai di Suvarnabhumi Sam pun pamit dan bilang kalau nanti pihak biro akan datang. Sam pun menghilang diantara kerumunan orang banyak. Waktu terus berjalan dan ga ada tanda2 kedatangan jamaah dari Indonesia. Kami pun mulai bingung. Tiba2 ada telpon dari biro dan mengatakan sebagian (besar) dari kami harus berangkat duluan. Otomatis rombongan kami terbagi lagi jadi 2 rombongan yang ga sama besar. Banyak jamaah yang emosi dan mungkin kecewa karena ada beberapa dari anggota keluarga mereka terpisah karena ga bisa berangkat bareng. Tapi mau gimana lagi, tiket udah dipesan dan akhirnya rombongan tadi berangkat duluan. Tapi aku masi bersyukur karena aku, ibu dan adek ga terpisah. Bayangin aja kalau misal kami 1 keluarga terpisah berangkat ke Tanah Suci. Terpisah di Bangkok aja udah ga enak. Apalagi di sana ya?
Keadaan diperparah dengan salah 1 ibu rombongan kami yang marah2 karena dia merasa ditipu oleh biro. Dia mau lapor ke pihak keamanan bandara. Kami yang liat langsung berbisik ngucap istighfar. Lalu beberapa rombongan kami (termasuk ibu) berusaha nenangin tu ibu2. Akhirnya emosi dapat diredam. Tapi, si ibu tadi tetep ngeyel dan berusaha ngehubungin kabiro kami di Jakarta. Dia lalu bawa aku (karena dari rombongan kami yang lancar bahasa Inggris cuma aku) ke pihak2 yang ada di airport. mulai dari security, informasi, sampai ke money changer karena dia pengen telpon kabiro. Di Suvarnabhumi ada telpon koin so kita kudu tuker rupiah ke baht dalam bentuk receh.
Akhirnya si ibu tadi capek sendiri dan kembali duduk di bangku tempat kami kumpul. Beberapa jamaah kembali nenangin dan nyuruh si ibu buat istighfar. Aku, ibu dan adek alhamdulillah ga terpengaruh sama sikap si ibu tadi. Aku sendiri yakin, haqqul yaqin malah, kalau Allah memang mengundang kami ke Baitullah namun dengan sedikit ujian macam ini. Aku ingat ada ayat AQ yang bilang kalau kita tidak boleh putus asa dari rahmatNya. Dan itu terbukti kami bisa ke Tanah Suci (baca postingan2 yang dulu2 yaa :))
Aku lalu coba telpon ayah via ponsel namun ga ada jawaban. Akhirnya dengan modal koin baht yang aku punya, aku sama salah satu rombongan kami, sebut saja Pak K menuju telpon umum dan coba telpon ayah dan kabiro. Pun ga nemu hasil apa2. Waktu jalan terus dan aku sama Pak K masih berkutat dengan koin dan telpon umum. Akhirnya kami kembali ke bangku dan bilang kalau kabiro ga bisa dihubungi. Aku nangkep muka2 kecewa dari para jamaah. Kami sedang diuji. Tapi ga lama kemudian ada pesan masuk di ponselku. Ternyata salah seorang dari biro mengabarkan kalau rombongan Jakarta (termasuk ayah) sudah sampai di Bangkok via di Don Mueang Airport. Kami lalu ngucap syukur dan nunggu kedatangan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar