Hari itu adalah hari terakhir kami di Makkah karena esok kami akan
bertolak ke Madinah. Sebelum kami keluar Makkah dan ninggalin Masjidil Haram,
kami melakukan thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah thawaf perpisahan. Para jamaah
diwajibkan melakukan thawaf ini jika mau ninggalin kota Makkah. Tatacaranya
sama dengan thawaf ketika umrah/haji yaitu keliling Ka’bah melawan arah jarum
jam 7x. Yang membedakan adalah thawaf wada ini dilakuin pas jamaah akan keluar
dari kota Makkah. Dengan dilakukannya thawaf wada’, makan jamaah tidak
diperkenankan lagi sholat/ibadah di Masjidil Haram.
Pas aku lagi thawaf wada’, suasana Makkah saat itu masih pagi. Kalau ga
salah jam 6/7 pagi. Kami kesana pagi biar ga kepanasan pas thawafnya. Karena kalau
udah tengah hari arena thawaf di tengah Masjidil Haram akan terasa panas
menyengat. Arena thawaf letaknya di tengah Masjidil Haram (Masjidil Haram
letaknya mengelilingi Ka’bah dan Ka’bah, bukit Shafa-Marwa masuk lingkungan
Masjidil Haram). Kalau Masjidil Haram itu ada atapnya dan bisa sholat mulai
dari ground floor sampai lantai 3 (naik turun pakai eskalator), untuk arena
thawaf sendiri beratap langit alias ga ada atapnya. Cuma lantai thawaf dan
Masjidil Haram itu ga panas saat dipijak karena dari marmer. Selain itu di tiap
sisi arena thawaf dan Masjidil Haram selalu ada AC yang nyala untuk kenyamanan
para jamaah beribadah.
Ada kejadian2 menakjubkan waktu ane lagi thawaf wada’. Tapi sebelumnya
kita balik dulu ke gambar bagian2 Ka’bah
ini :
20. Ka'bah dan bagian2nya
Ini dia kejadian2 yang ane benar2 alami sewaktu thawaf wada’ :
1.
Telapak kaki tergilas kursi roda
Mungkin ini adalah kejadian ga
nyenengin bagi orang2. Tapi buatku ini adalah salah satu usaha buat makin
dekat ke Ka’bah. Karena saat kami umrah barengan sama renovasi perluasan
masjidil Haram, so jamaah yang berjalan kaki dengan yang pakai kursi roda
ditempatkan di arena thawaf bawah. Sebelum renov, jamaah berkursi roda (kaum
difabel dan orangtua yang ga kuat thawaf sambil jalan) ditempatkan di lintasan
thawaf atas. Selama renov ini lintasan thawaf di lantai 2 dirobohin dan akan
diganti dengan lintasan baru yang lebih luas dan lebih dekat dengan Ka’bah. Jadi
mau ga mau kita yang jalan kaki campur dengan pemakai kursi roda. Pas itu telapak
kaki kananku tergilas kursi roda seorang ibu2 tua berciri fisik Timteng berbadan tambun yang
didorong oleh tukang dorong kursi roda. Pas kejadian itu ibu tadi juga kerasa
kalau rodanya giles sesuatu. Sempat ibu itu minta tukang dorong kursi roda
berhenti karena ga sengaja gilas telapak kakiku. Cuma bentar. Abis itu kita
sama2 lanjut lagi. Dan ajaibnya kakiku cuma ngilu dikit. Buat thawafpun ga
kerasa sakit padahal kalau inget badan ibu di kursi roda tadi mungkin bobotnya
bisa sekitar 90 kiloan. Subhanallah...
2. Nyentuh
dan nyium Hajar Aswad
Ini pernah ditulis juga di
postingan sebelumnya. Kami sekeluarga berusaha tetap ada dalam 1 kelompok kecil
dan terus berusaha nerobos orang2 sebelah kiri kami biar kami makin dekat ke Ka’bah
untuk bisa nyentuh dan nyium Hajar Aswad. Karena banyak orang yang ingin
ngelakuin hal yang sama kayak kami, maka usaha kami juga ga mudah. Ada orang2 yang pakai cara kasar dengan dorong orang lain yang bukan dari rombongannya
agar jauh dari Hajar Aswad. Kami sekeluarga sempat ngalamin juga. Tapi Allah
tau usaha hambaNya yang sungguh2 dengan yang curang. Saat kami agak jauh dari
Hajar Aswad, bapak melafalkan takbir dengan lantang. Dan saat itu juga kami benar2
bisa nyentuh hajar Aswad dan di putaran berikutnya aku dan adek bisa nyium
Hajar Aswad.
3.
Sholat di Hijr Ismail
Bagi yang belum tau Hijr Ismail bisa
liat gambarnya di atas. Bentuknya adalah tempat kecil di samping Ka’bah
dibatasi oleh tembok marmer ½ lingkaran. Hijr Ismail adalah salah satu tempat
mustajab buat berdoa selain di depan Maqam Ibrahim dan Multazam. Dan kami
sekeluarga berhasil sholat 2 rekaat dan berdoa disana bergantian. Bisa dibayangin
tempat sekecil itu diisi banyak orang dari berbagai penjuru dunia untuk sholat
dan berdoa. Rasa syukur kami ga terbendung pas itu. Kami benar2 makin yakin
kalau Allah mengabulkan permintaan kami saat itu juga, sholat di Hijr Ismail
dan berdoa disana.
4.
Berada di Multazam
Mari liat gambar lagi. Multazam itu
letaknya diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Kalau ga salah itu pada putaran
thawaf terakhir kami bisa sampai di Multazam. Perjuangan dan doa kami ga sia2.
Allah mudahkan semuanya dan kami bisa ada di Multazam. Di depan Multazam kami
benar2 bersyukur dan berdoa sambil sesenggukan karena kami bener2 bisa ada di
depan Multazam. Banyak pula yang keadaannya sama kayak kami. Di depan Multazam
inilah saat yang paling lama dari kami saat berdoa karena keadaannya benar2
kondusif dan nyaman buat berdoa. Alhamdulillah. Sekali lagi Allah tunjukkan
kekuasaanNya pada kami semua. Allah Maha Adil, Maha Menepati janji, Maha
Mengabulkan doa, Maha Tahu, Maha Segalanya. Aku jadi ingat salah satu ayat yang
bunyinya :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Q.S al_Ankabut : 2)
dan di ayat yang lain :
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam Nasyrah : 5)
Abis selesai thawaf wada’, kami keluar
dari lintasan thawaf trus pelukan sekeluarga karena kami udah rampung ibadah
umrah. lagi2 air mata kami ga terbendung karena seneng, lega, haru dan
perasaan2 lain yang campur jadi satu pas itu. Buat mulihin tenaga abis thawaf,
kami lalu minum zam2. Kami lanjut liat2 keadaan Masjidil Haram pas renovasi.