Kita patut bersyukur hidup dan bertempat tinggal di Indonesia. Bagaimana tidak, negeri kaya dengan berbagai macam anugerah Tuhan ini memiliki banyak keunggulan yang dapat dibanggakan. Anugerah Tuhan tersebut diantaranya ada pada keragaman suku bangsa dan budaya. Saya sendiri sebagai warga negara Indonesia merasa kagum dengan ratusan atau bahkan mungkin ribuan suku yang ada. Di negeri inilah dari ujung terbarat hingga paling timur Indonesia tempat tinggal suku-suku tersebut dengan bahasa dan adat istiadat yang beragam. Tiap suku bangsa memiliki norma dan tata aturan yang berlaku dan masih dilestarikan hingga sekarang, seperti tradisi budaya Jawa yang masih terjaga di Surakarta.
Surakarta atau lebih dikenal dengan nama Solo adalah suatu kota di Jawa Tengah. Saya bilang kota ini adalah kota istimewa. Bukan hanya pendapat pribadi saya yang memang dibesarkan di kota ini, namun juga karena disinilah pusat kebudayaan Jawa berada dan masih dilestarikan hingga sekarang dengan Keraton Surakarta sebagai ikonnya. Ya, Keraton Kasunanan Surakarta merupakan istana tempat tinggal raja Surakarta beserta keluarganya hingga saat ini. pada zaman dahulu, istana berarsitektur campuran Jawa-Eropa ini menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang terbentuk setelah adanya Perjanjian Giyanti antara kerajaan Mataram Islam dengan Belanda, yang membagi wilayah kerajaan menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta di Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta di Surakarta tahun 1755. Sebagian kompleks Keraton Kasunanan ini terbuka untuk umum dan ada yang dijadikan museum. Bermula dari tempat inilah tata aturan masyarakat Jawa di bawah pemerintahan Kerajaan Kasunanan Surakarta berasal termasuk acara-acara budaya seperti Grebeg Maulud, Sekaten, Kirab Malam 1 Sura dan lainnya yang masih ada hingga sekarang.
Bagian-bagian keraton Surakarta adalah Alun-alun Lor, kompleks Sasana Sumewa, kompleks Siti Hinggil Lor, kompleks Kamandungan Lor dan kompleks Sri Manganti, kompleks Kedhaton, kompleks Kamagangan, Kompleks Sri Manganti Kidul dan Kamandungan Kidul, kompleks Siti Hinggil Kidul dan Alun-alun Kidul. Tiap kompleks memiliki fungsi tersendiri. Alun-alun merupakan tempat diadakan upacara-upacara kerajaan. Alun-alun
juga menjadi tempat bertemunya raja dengan rakyatnya. Lor berarti utara dan Kidul berarti selatan. Sasana Sumewa digunakan untuk
menghadap raja oleh para pejabat menengah ke atas dalam upacara resmi
kerajaan. Siti Hinggil Lor dengan bagian-bagian atau bangsal tertentu yang memiliki berbagai fungsi diantaranya adalah tempat diselenggarakannya upacara kerajaan, tempat singgasana tahta raja saat
menerima para pimpinan dan tempat persemayaman pusaka kerajaan selama berlangsungnya
upacara. Di tengah Siti Hinggil ini berdiri suatu bangunan kecil bernama Krobongan Bale Manguneng yaitu tempat persemayaman pusaka keraton Kanjeng Nyai Setomi, sebuah meriam yang diperoleh Mataram dari VOC saat menyerang Batavia. Meriam tersebut masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Jika anda pernah melihat foto Keraton Surakarta, umumnya ditampilkan sebuah tempat berhalaman luas dengan bangunan bercat biru dan sebuah menara. Tempat berhalaman luas dengan bangunan bercat biru dikenal dengan nama Kamandungan Lor sedangkan menara yang berdiri di belakangnya disebut dengan Panggung Sangga Buwana yang terletak di kompleks Sri Manganti Lor.
Fungsi Panggung Sangga Buwana adalah untuk meditasi raja, melihat munculnya bulan baru sekaligus untuk mengawasi Benteng Vastenburg milik Belanda. Kompleks berikutnya adalah kompleks Kedhaton yang ditandai dengan bangunan berhalaman pasir
hitam dari pantai selatan yang ditumbuhi oleh bermacam pohon langka.
Kompleks dengan beberapa bangunan utama ini berfungsi sebagai tempat
bertahtanya raja ketika ada upacara kebesaran, tempat menyimpan pusaka,
tempat menjamu makan tamu kerajaan, dan tentunya tempat tinggal raja dan
keluarganya yang tidak bisa diakses oleh masyarakat umum. Kompleks Magangan dikelilingi bangunan-bangunan untuk menempatkan perlengkapan prajurit untuk
hari-hari besar kerajaan sedangkan kompleks Sri Manganti Kidul dan Kamandungan Kidul digunakan saat upacara pemakaman raja maupun permaisuri. Di sekitar Kori Kamandungan Kidul terdapat pelataran yang terbuka untuk umum. Kompleks terakhir keraton adalah Siti Hinggil Kidul. Perbedaannya dengan kompleks Siti Hinggil Lor selain letaknya adalah kemegahan bangunannya dimana kompleks Siti Hinggil Kidul
lebih sederhana mulai dari material dan arsitekturnya. Di kompleks ini
terdapat kerbau albino pusaka kerajaan yang dikenal sebagai Kyai Slamet. Sebelah selatan Siti Hinggil Kidul adalah Alun-Alun Kidul
yang sekarang ramai dijadikan sebagai tempat hiburan rakyat warga Solo
dan sekitarnya di malam hari. Selain bangunan Keraton, terdapat pula
bangunan peninggalan kerajaan Kasunanan Surakarta yang masih ada hingga
sekarang seperti Masjid Agung Surakarta di sebelah barat keraton. Benteng Vastenburg peninggalan Belanda pun masih berdiri tak jauh dari keraton.
Untuk urusan oleh-oleh khas Solo yaitu batik, anda tidak perlu khawatir karena anda bisa berbelanja dengan mudah di Pasar Klewer yang merupakan pusat tekstil dan batik terbesar di Indonesia, Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC). Selain itu, di sekitar keraton juga banyak pedagang cinderamata khas Solo. Anda juga wajib mencoba wisata kuliner Solo yang terkenal nikmat yang ada di sekitar tempat-tempat tadi. Semuanya dapat dijangkau dengan mudah dari Keraton Kasunanan Surakarta dengan berjalan kaki sekalipun.
Kompleks Kamandungan Lor
Panggung Sangga Buwana terlihat dari Jalan Supit Urang
Untuk urusan oleh-oleh khas Solo yaitu batik, anda tidak perlu khawatir karena anda bisa berbelanja dengan mudah di Pasar Klewer yang merupakan pusat tekstil dan batik terbesar di Indonesia, Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC). Selain itu, di sekitar keraton juga banyak pedagang cinderamata khas Solo. Anda juga wajib mencoba wisata kuliner Solo yang terkenal nikmat yang ada di sekitar tempat-tempat tadi. Semuanya dapat dijangkau dengan mudah dari Keraton Kasunanan Surakarta dengan berjalan kaki sekalipun.
Bagaimana, anda tertarik berkunjung ke pusat budaya Jawa ini? Mudah sekali caranya. Karena kota Solo berada di tengah jalur yang menghubungkan daerah Jawa bagian barat dan timur, banyak moda transportasi baik via darat maupun udara yang tersedia setiap hari ke kota ini. Misalnya untuk perjalanan udara dari Soekarno-Hatta ke Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo, anda hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dengan pilihan berbagai maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia. Perjalanan selanjutnya ke Keraton Kasunanan Surakarta dan sekitarnya dapat dilanjutkan menggunakan transportasi darat yang dengan mudah ditemui di sekitar bandara maupun di jalanan kota. Bermalam di kota ini pun tidaklah sulit karena banyak hotel bertebaran di kota ini. Tinggal pilih sesuai budget dan fasilitas yang diinginkan dan selamat menikmati warisan budaya kota Solo, The Spirit of Java.